Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama 54 Hari, Pria Amerika Taklukan Kutub Selatan Sendirian

Kompas.com - 27/12/2018, 18:33 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

"Ini adalah lingkungan yang sempit. Tujuannya adalah untuk menunggu Louis dan memiliki semacam momen perayaan dengan orang lain di planet ini untuk mencapai hal yang sama," tegasnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Day 41: I’VE GOT THE WHOLE WORLD IN MY HANDS!! Man trying to hold up the weight of the entire world from the bottom is quite heavy ????. Still riding high from my time at the South Pole yesterday. This is the “true geographic pole” whereas the photo from yesterday was taken at the ceremonial pole with all the flags of the signatory Antarctica treaty countries. You see the South Pole station is constantly moving around on the glacial ice here. So every year the location of the Pole has to be remeasured and the sign is moved. It moves about 30 ft per year, but they don’t move the ceremonial pole, just this sign. They are only about a five minute walk from each other, but of course you’ve got to celebrate and take pictures at both places. Another solid day today, adding 18 more miles to the bank and another day closer to reaching the other side of the continent. #TheImpossibleFirst #BePossible

A post shared by Colin O'Brady (@colinobrady) on Dec 13, 2018 at 5:32pm PST

O'Brady menjelaskan secara terperinci suka duka perjalanannya sejak dia memulai penjelajahan pada tanggal 3 November lalu. Dia harus mengangkut 170 kilogram peralatan dengan menanjak dan melewati sastrugi, atau punggung es yang menyerupai gelombang.

"Bukan hanya menarik ... bawaan saya sepanjang hari, tapi saya mengangkatnya dan melewati ribuan tonjolan sastrugi yang diciptakan oleh angin kencang," tulisnya dalam sebuah unggahan Instagram pada 12 November.

"Kadang-kadang ini adalah proses yang membuat frustasi," tulis O'Brady.

Pada tanggal 18 November, dia menulis bahwa dia terbangun dan menemukan kereta luncurnya terkubur karena angin dan salju sepanjang malam.

Hari itu dia bertarung melawan angin kencang dengan kecepatan 48 km/jam selama delapan jam saat berjalan dengan susah payah.

"Ada beberapa kali saya mempertimbangkan untuk berhenti, memasang tenda saya kembali dan menganggapnya hari yang buruk," tulisnya.

"Saya sempat ingin berhenti ketika merasa lelah dan sendiri, tapi mengingat semua semangat positif yang dikirimkan semua orang, saya mengambil napas dalam-dalam dan fokus mempertahankan kemajuan selangkah demi selangkah dan berhasil menyelesaikannya dalam sehari," imbuhnya.

Baca juga: Mencair dari Dalam, Ada Zona Panas Misterius di Bawah Antartika

Besaw tak terlalu yakin apa langkah O'Brady, yang juga berhasil mencapai puncak Everest ini, selanjutnya.

"Kami sedang menikmati saat ini, merayakan ini sekarang. Lalu kami lihat apa yang akan terjadi selanjutnya," tutup Besaw.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau