Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rayhan Dudayev
peneliti

Peneliti Indonesian Center for Environmental Law (ICEL)

Gagap terhadap Bencana di Negara Kepulauan Terbesar di Dunia

Kompas.com - 19/11/2018, 19:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Paginya, saya bertemu dengan dua teman yang merupakan penyelam dari Perancis. Mereka menceritakan malam pengalaman mereka tidur di shelter di atas bukit untuk mengevakuasi diri mereka.

Mereka melakukan hal tersebut dengan segera karena mereka mendapatkan pesan singkat dari Kedutaan Besar Perancis di Indonesia untuk melakukan evakuasi bahkan hingga detail untuk berada di tempat yang lebih tinggi untuk menghindari kemungkinan terjadinya tsunami.

"Luar biasa," kata saya dalam hati, klasik begitu juga hati saya berkata.

Mengenai hal-hal seperti ini atau mengenai penelitian mengenai bangsa Indonesia, bangsa lain mengetahui lebih baik kadang atau punya sistem yang lebih siaga.

Teman saya menceritakan, pemerintahnya menyediakan platform bagi warga untuk terus mendapatkan update (dengan disaster warning system bernama Connexion Ariane) mengenai kondisi geografis di suatu wilayah di mana pun mereka berada sehingga mereka dapat bergerak cepat.

Selain itu, salah satu kawan dari Australia menceritakan bagaimana pemerintah mengantisipasi bencana, salah satu yang paling sering terjadi di sana, yaitu kekeringan.

Antisipasi pertama yang dilakukan adalah memperingatkan warga untuk menghemat air sebelum terjadi kekeringan melalui pesan singkat. Poinnya, warga mendapatkan informasi mengenai hal penting yang perlu dilakukan.

Sayangnya, di wilayah pesisir seperti di Dusun Amed, antisipasi prabencana tidak memadai. Tidak ada penanda mengenai arah evakuasi bencana maupun pengeras suara untuk pengumuman warga.

Tidak ada pula pesan melalui telepon seluler yang hampir seluruh penduduk memilikinya. Bisa dikatakan, minim infrastruktur.

Selain itu, warga juga tidak pernah mendapatkan pengarahan, misal terjadi gempa apa yang perlu dilakukan.

Hal ini sepertinya tidak sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang mengintruksi pemerintha daerah untuk melakukan pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana.

Salah satunya memberikan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana, dalam hal ini penyediaan infrastruktur pendukung pengurangan risiko bencana, jelas mengurangi risiko adanya korban jiwa.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana meliputi kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi bencana.

Begitu juga dalam konteks pariwisata, infrastruktur pendukung tersebut dapat menjadi pertimbangan wisatawan untuk mengunjungi Indonesia, mengingat pmerintah Indonesia mempunyai target mendatangkan 20 juta wisatawan asing pada tahun 2019.

Terakhir, media menjadi salah satu alat terpenting dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana. Di tengah kebingungan yang dilanda bencana, apa yang mesti mereka lakukan, sebagai penduduk negara kepulauan terbesar di dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com