Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makan Larut Malam Ganggu Kesehatan Jantung, Jangan Lagi Dilakukan

Kompas.com - 12/11/2018, 20:29 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Studi terbaru menunjukkan, makan larut malam mungkin memiliki dampak buruk pada kesehatan jantung.

Penelitian ini dipresentasikan di pertemuan tahunan Asosiasi Jantung Amerika yang berlangsung di Chicago, Sabtu (10/11/2018).

Menurut Nour Makarem yang seorang penulis utama dan postdoctoral kardiologi di Columbia University Vagelos College of Physicians and Surgeons, kebanyakan masyarakat AS memiliki kebiasaan begadang.

Ketika begadang, manusia cenderung mengonsumsi makan berat hingga larut malam. Kemudian jam tidur tidak tercukupi. Hal inilah yang diduga kuat dapat memainkan peran dalam memicu obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes.

Baca juga: Direkomendasikan Menteri Susi, Makan Ikan Terbukti Ampuh Lawan Asma

Untuk membuktikannya, mereka menggunakan database Studi Kesehatan Masyarakat Amerika Hispanik dan Amerika Latin. Mereka kemudian mengamati 12.700 data responden yang berusia 18 sampai 76 tahun.

Dilansir Live Science, Sabtu (10/11/2018), Tim Makarem melihat catatan di mana peserta melaporkan kebiasaan makan dan membandingkannya dengan informasi tekanan darah dan gula darah.

Ternyata, lebih dari separuh peserta yang didata mengonsumsi 30 persen atau lebih kalori harian setelah jam 18.00 petang.

Jika dibandingkan dengan peserta yang makan kurang dari 30 persen kalori harian setelah jam 18.00 petang, kesehatannya lebih buruk.

Tim ahli menemukan, mereka memiliki kadar gula darah puasa yang tinggi (ukuran jumlah gula dalam darah ketika seseorang tidak makan dalam hitungan jam), tingkat insulin yang tinggi (hormon yang mengatur jumlah gula dalam darah), tingkat HOMA-IR yang tinggi (penanda resistensi insulin), dan tekanan darah lebih tinggi.

Menurut Mayo Clinic, tingkat gula darah puasa yang tinggi dapat menjadi tanda pradiabetes. Pradiabetes berarti kadar gula darah seseorang tinggi, tapi tidak cukup tinggi untuk dianggap diabetes.

70 persen orang dengan pradiabetes dapat mengembangkan diabetes tipe 2 yang merupakan faktor risiko penyakit jantung.

Di kelompok ini, 23 persen peserta juga lebih mungkin mengembangkan hipertensi dibanding orang-orang yang berhenti makan sebelum jam 18.00 petang. Makarem menambahkan, hubungan ini umumnya terlihat pada wanita.

Hubungan makan malam dengan kesehatan yang buruk

Studi ini memang hanya menemukan hubungan antara waktu makan dan risiko kesehatan, bukan membuktikan kaitan sebab-akibat.

Namun, Makarem menduga hubungan antara keduanya mungkin disebabkan oleh adanya masalah yang muncul ketika jam tubuh tidak sinkron dengan lingkungan.

"Hampir setiap sel dalam tubuh dapat memberi tahu waktu, mengikuti siklus 24 jam. Sebagian kecil dari otak yang disebut nukleus suprachiasmatic berfungsi sebagai jam utama tubuh, menerima isyarat cahaya eksternal (idealnya dari matahari) dan menetapkan sisa jam di sel-sel tubuh yang sesuai, memberitahu orang-orang kapan harus bangun, tidur, dan makan," kata Makarem.

"Jam-jam ini diatur oleh paparan cahaya terang, tetapi juga oleh perilaku, terutama sinyal makanan," imbuhnya.

Baca juga: Berapa Lama Manusia Bisa Bertahan Tanpa Makan dan Minum?

Jadi, ketika kita makan pada tengah malam, jam tubuh dan jam master menjadi tidak selaras sehingga mengakibatkan munculnya masalah dalam metabolisme dan meningkatkan risiko untuk penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi dan jantung.

Makan lebih banyak di malam hari kemungkinan justru dapat berakibat buruk secara metabolik dan berisiko memicu munculnya beragam penyakit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com