Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Skenario Kiamat Menurut Para Ahli, dari Asteroid sampai AI

Kompas.com - 01/11/2018, 21:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Newsweek


KOMPAS.com - Sejumlah film besar sekelas Hollywood kerap membuat film tentang kiamat atau akhir dunia. Hal yang sama juga pernah diramalkan segelintir orang sejak dulu kala. Namun, bagaimana kiamat dipandang dari sisi sains?

Global Challenges Foundation, sebuah organisasi dengan misi mengurangi isu-isu global yang dihadapi semua orang, membuat laporan tahunan berjudul "Risiko Bencana Global". Dalam menyusun laporannya, peneliti meninjau berbagai makalah dan berkonsultasi dengan ahlinya.

Terkait hal itu, inilah 8 skenario yang diduga bisa menyebabkan kiamat, dilansir Newsweek, Rabu (31/10/2018).

Baca juga: Begini Prediksi Para Ahli Bila Kiamat Terjadi

1. Perang Nuklir

Para ahli memperingatkan, di masa depan kemungkinan akan ada perang nuklir yang lebih dahsyat dibanding beberapa dekade lalu.

"Sesaat setelah pemboman Hiroshima yang menewaskan 150.000 orang, dunia hidup dalam bayang-bayang perang yang berbeda dari sebelumnya," kata ahli.

Senjata tercanggih di masa depan mungkin dapat melenyapkan 80 sampai 90 persen isi bumi, termasuk manusia, dengan radius 1-4 kilometer.

Saat ini, AS dan Rusia diketahui memiliki persenjataan terbesar dengan 7.000 hulu ledak seperti rudal, torpedo, atau senjata sejenis. Setelah dua negara itu, Inggris, Perancis, China, India, Pakistan, Korea Utara, dan Israel diyakini memiliki beberapa perangkat nuklir.

Perang nuklir tidak hanya bisa menghapus kehidupan dan suatu wilayah. Hal ini juga bisa menyisakan penyakit radioaktif.

2. Perang biologi dan kimia

Dibanding serangan pada umumnya, senjata berbahan biologi dan kimia lebih murah pembuatannya.

Kemajuan teknologi dalam rekayasa genetika dan biologi sintetis memudahkan cendekiawan mengubah mikro-organisme menjadi sesuatu yang berpotensi bahaya.

Jika mikro-organisme dilepaskan dari laboratorium terkontrol karena kesalahan atau tindak kejahatan, hal ini dapat menimbulkan pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

3. Perubahan Iklim

Pada 2015, lebih dari 200 negara menandatangani Perjanjian Iklim Paris (AS mundur dari perjanjian ini tahun lalu) yang mencakup janji untuk menjaga suhu global jauh di bawah 2 derajat Celsius di atas rata-rata pra-industri.

Hal ini untuk mencegah wilayah seperti New York, Mumbai, Shanghai, dan kota-kota pesisir lainnya agar tidak tenggelam dalam air dan menyelamatkan lebih dari satu miliar manusia yang mendiami wilayah pesisir.

"Skala kehancuran berada di luar kemampuan kita, kemungkinan besarnya peradaban manusia bisa segera berakhir," kata para ahli menyimpulkan.

Laporan ini muncul setelah sebuah studi tentang perubahan iklim membahas ancaman kenaikan suhu global 1,5 derajat Celcius dapat mendorong ke sejumlah hal negatif, termasuk cuaca ekstrem, banjir, dan gelombang panas.

4. Hancurnya ekosistem

Manusia mengandalkan ekosistem yang seimbang agar bisa hidup di tingkat sosial dan ekonomi. Sementara itu, ekosistem juga tidak bisa diambil begitu banyak. Polusi, pergerakan spesies di seluruh dunia, dan rusaknya habitat makin mengancam ekosistem.

Jika ekosistem melewati ambang batas, maka air tawar akan menjadi langka, kualitas tanah menurun, dan keanekaragaman hayati hancur.

"Hal ini akan membuat kondisi manusia memburuk secara signifikan," tulis para penulis.

Sebagai contoh, sejak 1960 perubahan iklim dan kekeringan menyusut 90 persen dan berdampak pada 40 juta kehidupan.

5. Pandemi

Berkat adopsi kemajuan medis, seperti peluncuran vaksin, tingkat penyakit seperti kolera dan malaria menurun pada abad lalu.

Tetapi ancaman pandemik bencana tetap ada, karena penyakit baru yang tidak dilengkapi pelindung seperti vaksin dapat muncul. Misalnya ada mikro-organisme yang menyebar ke kawasan yang padat penduduk lewat pasokan air.

Resistensi terhadap antibiotik juga menjadi perhatian utama karena menghilangkan senjata penting dalam perang melawan bakteri dan penyakit.

6. Dampak asteroid

Ilustrasi asteroidratpack223 Ilustrasi asteroid
Seperti kita tahu, di masa lalu sebuah asteroid menghancurkan seluruh dinosaurus di muka bumi. Berkaca dari hal tersebut, tidak ada yang dapat memastikan bahwa hal itu tidak lagi terjadi.

Bukti menunjukkan, tabrakan asteroid dengan konsekuensi bencana terjadi rata-rata setiap 120.000 tahun.

Para ahli khawatir puing-puing dari tabrakan asteroid bisa menutup sinar matahari sampai berbulan-bulan, merusak lingkungan, dan ekosistem. Ahli memperkirakan korban tewas akibat asteroid bisa mencapai ratusan juta jiwa.

Baca juga: Kiamat Pasti Terjadi, Tapi Ilmuwan Sebut Masih 6,5 Miliar Tahun Lagi

7. Letusan supervolcanic

Erupsi supervolcanic diyakini dapat menghancurkan 400 kilometer kubik materi.

Data tentang kejadian semacam itu relatif terbatas dan oleh karena itu sulit untuk memprediksi letusan secara akurat.

Namun, para ahli vulkanologi percaya letusan supervolcanic terjadi setiap 17.000 tahun sekali, dan yang terakhir terjadi di Selandia Baru sekitar 26.500 tahun lalu.

Jika gunung berapi super seperti Yellowstone di AS meletus, maka hampir seluruh makhluk hidup dapat terbunuh dan infrastruktur seperti pertanian akan hancur.

Polutan seperti sulfat dan abu juga dapat menghalangi sinar matahari untuk waktu yang singkat dan menyebabkan penurunan suhu global.

8. Artificial intelligence (AI)

Para ahli sangat prihatin dengan prospek robot yang melampaui kecerdasan manusia. Terlepas dari upaya menyelaraskan mesin dengan moralitas yang disepakati, kesalahan kecil dapat membuat manusia berada di tangan teknologi dengan tingkat kecerdasan yang ekstrim.

Skenario berbahaya yang paling mungkin akan melihat AI sebagai senjata baru yang dapat menjadi bumerang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau