Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Besar Peluang Kita Selamat dari Kecelakaan Pesawat?

Kompas.com - 29/10/2018, 20:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber BBC


KOMPAS.com - Pesawat Lion Air JT 610 yang terbang dari Jakarta menuju Pangkal Pinang pagi tadi (29/10/2018) sempat mengalami hilang kontak sebelum dinyatakan jatuh di perairan Karawang.

Pesawat jenis Boeing 737 yang mengangkut 178 penumpang, 1 anak, 2 bayi, serta 7 awak pesawat itu dinyatakan hilang kontak pada pukul 6.33 WIB, 13 menit setelah pesawat lepas landas.

Hingga saat ini belum diketahui berapa jumlah korban jiwa dan korban selamat atas insiden tersebut.

Berkaitan dengan kejadian kecelakaan pesawat, sebenarnya seberapa besar peluang untuk selamat?

Tidak ada jawaban yang jelas terkait pertanyaan itu. Sama halnya seprti peluang selamat saat terjadi kecelakaan mobil, semuanya tergantung pada keadaan.

Baca juga: Evakuasi Korban dan Serpihan Pesawat Lion Air JT 610 Dilakukan di 3 Titik

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Meski demikian, berdasarkan hasil pennjauan yang dilakukan Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS terkait kecelakaan pesawat nasional dari 1983 sampai 1999, diketahui bahwa lebih dari 95 persen penumpang selamat dari kecelakaan, termasuk 55 persen dalam insiden paling serius.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan Dewan Keselamatan Transportasi Eropa pada 1996 memperkirakan bahwa 90 persen kecelakaan pesawat secara teknis selamat.

Agustus lalu BBC melaporkan, selama dua dekade sejak dua penelitian itu dilakukan, keselamatan penerbangan disebut telah meningkat tajam dan kecelakaan fatal menurun.

Lantas, apa yang menentukan kecelakaan pesawat bisa diatasi?

Tom Farrier, mantan direktur keselamatan di Asosiasi Transportasi Udara AS menjelaskan dalam situs web Quora bahwa ada tiga kondisi yang membantu menentukan apakah kecelakaan pesawat dapat diatasi.

Pertama, seberapa parah saat terjadi kecelakaan seperti benturan atau tabrakan. Apakah hal tersebut dapat ditoleransi kekuatan manusia.

Kedua, apakah struktur pesawat yang mengalami kecelakaan tetap utuh secara substansial.

Ketiga, apakah kondisi lingkungan pasca-kecelakaan bisa menimbulkan ancaman bagi penumpang maupun tim penyelamat.

Singkatnya, seberapa buruk kecelakaan terhadap tubuh, seberapa parah kerusakan yang dialami pesawat, dan apakah reruntuhan serta lingkungan tempat pesawat jatuh aman.

Baca juga: 10 Misteri Penerbangan Tak Terpecahkan, Dari PD II Sampai MH370

Selain harus mematuhi aturan selama naik pesawat, mulai dari mengenakan sabuk pengaman, tidak memakai pakaian yang mudah terbakar, atau memerhatikan di mana Anda duduk di pesawat, ada hal lain yang lebih penting.

Konsultan penerbangan Adrian Gjertsen mengatakan bahwa kondisi pesawat dan penumpang selama terjadi insiden jauh lebih penting. Pasalnya, keselamatan lebih tergantung pada tiga hal seperti disebutkan di atas.

"Salah satu hal yang bisa memperburuk masalah adalah keinginan penumpang untuk menyelamatkan barang bagasinya," kata Gjertsen.

"Hal seperti ini sebenarnya justru dapat merugikan keselatam. Tak hanya diri sendiri tapi juga orang lain. Jika ada sesuatu yang salah, segeralah menjauh," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Ribuan Bendungan Dunia Telah Menggeser Kutub Bumi, Mengapa?
Ribuan Bendungan Dunia Telah Menggeser Kutub Bumi, Mengapa?
Oh Begitu
Apakah Bumi Terjebak di Dalam Kekosongan Raksasa di Alam Semesta?
Apakah Bumi Terjebak di Dalam Kekosongan Raksasa di Alam Semesta?
Fenomena
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau