Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hawking dalam Buku Terakhirnya: Tak Ada Waktu bagi Tuhan untuk Ada

Kompas.com - 19/10/2018, 08:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com — Buku terakhir Stephen Hawking baru saja dirilis, Selasa (16/10/2018) kemarin. Dalam buku berjudul Brief Answers to Big Questions ini, dia menuliskan 10 esai.

Namun, yang menjadi sorotan dalam buku ini adalah cara Hawking menjawab pertanyaan paling besar: Apakah Tuhan ada?

Sebenarnya, pergulatan Hawking dengan pertanyaan ini sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, jawaban yang berada dalam buku tersebut disusun selama beberapa dekade melalui wawancara, esai, dan pidato dengan bantuan keluarga, kolega, dan Stephen Hawking Estate.

"Saya pikir alam semesta secara spontan diciptakan dari ketiadaan, menurut hukum sains," tulis Hawking dalam bukunya tersebut dikutip dari Live Science, Rabu (17/10/2018).

"Jika Anda menerima, seperti yang saya lakukan, bahwa hukum-hukum alam adalah konstan, maka tidak perlu waktu lama untuk bertanya: Peran apa yang ada untuk Tuhan?" sambungnya.

Semasa hidupnya, Hawking memopulerkan teori Big Bang miliknya. Teori tersebut membuat gagasan bahwa alam semesta dimulai dengan ledakan yang tiba-tiba keluar dari singularitas untradense yang lebih kecil dari atom.

Dari titik tersebut muncul semua materi, energi, dan ruang kosong yang pernah ada di alam semesta. Semua bahan mentah tersebut berevolusi menjadi kosmos yang kita rasakan hari ini, mengikuti serangkaian hukum ilmiah yang ketat.

Menurut Hawking, banyak ilmuwan yang berpikir sama dengan dirinya.

"Jika Anda suka, Anda bisa mengatakan hukum alam adalah karya Tuhan, tetapi itu lebih merupakan definisi Tuhan dibanding bukti keberadaannya," tulis fisikawan asal Inggris itu.

Hawking juga meyakini alam semesta berjalan dalam autopilot yang dipandu secara ilmiah. Bagi Hawking, satu-satunya perang untuk Tuhan yang Maha Kuasa adalah pengaturan kondisi awal semesta sehingga hukum alam bisa terbentuk.

Baca juga: Bumi Sekarat, Stephen Hawking Ungkap Strategi Invasi Dunia Alien

"Apakah Tuhan menciptakan hukum kuantum yang memungkinkan Big Bang terjadi?" tulis Hawking.

"Saya tidak punya keinginan untuk menyinggung siapa pun yang beriman, tapi saya pikir sains memiliki penjelasan yang lebih meyakinkan daripada Pencipta maha Hebat," imbuhnya.

Dalam penjelasanya, Hawking mulai dari mekanika kuantum. Dalam teori kuantum, sangat umum melihat partikel subatom seperti proton dan elektron yang muncul entah dari mana, bertahan, dan kemudian lenyap begitu saja.

Hawking menjelaskan, karena semesta dulunya juga berukuran partikel subatomik maka masuk akal jika alam juga berperilaku sama selama Big Bang.

"Semesta, dalam segala keluasan dan kompleksitasnya yang membingungkan, bisa saja muncul menjadi ada tanpa melanggar hukum alam yang dikenal," tulis Hawking.

Namun, hal ini masih tidak menjelaskan kemungkinan bahwa Tuhan menciptakan ukuran singularitas proton, lalu membalik tombol mekanika kuantum yang memungkinkannya muncul.

Ilmu mempunyai penjelasan untuk itu. Hawking mengilustrasikannya dengan lubang hitam, sesuatu yang tercipta saat sebuah bintang hancur dan memadat. Di sana tidak ada apa pun, termasuk cahaya.

Lubang hitam diibaratkan Hawking sebegai alam semesta sebelum terjadinya Big Bang, memadat menjadi singularitas.

Dalam massa yang sangat padat ini, gravitasi menjadi sangat kuat dan mampu mengubah waktu dan cahaya dan ruang. Sederhananya, di kedalaman lubang hitam, waktu tidak ada.

Karena alam semesta juga dimulai sebagai singularitas, waktu itu sendiri tidak mungkin ada sebelum Big Bang. Jawaban Hawking, kemudian, untuk apa yang terjadi sebelum Big Bang adalah, "tidak ada waktu sebelum Big Bang."

Baca juga: Ketakutan Terbesar Stephen Hawking: Akan Ada Perang Dunia Lawan Robot

"Kami akhirnya menemukan sesuatu yang tidak memiliki sebab, karena tidak ada waktu untuk suatu alasan untuk ada," tulis Hawking.

"Bagi saya ini berarti bahwa tidak ada kemungkinan keberadaan pencipta, karena tidak ada waktu bagi pencipta untuk ada," tegasnya.

Hawking sendiri, bagi banyak orang, berusaha untuk "mengetahui pikiran Tuhan" dengan mempelajari semua yang dia bisa tentang alam semesta yang mandiri di sekitar kita.

Sementara pandangannya tentang alam semesta mungkin membuat Tuhan dan hukum-hukum alam tidak cocok, tapi masih menyisakan ruang yang luas untuk iman, harapan, keajaiban dan, terutama, rasa syukur.

"Kami memiliki kehidupan yang satu ini untuk menghargai desain besar alam semesta," Hawking menyimpulkan bab pertama dari buku terakhirnya itu.

"Dan untuk itu saya sangat berterima kasih," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com