KOMPAS.com - Meski telah meninggal dunia tujuh bulan lalu, pemikiran Stephen Hawking tetap diperhitungkan oleh banyak pihak.
Di antara banyak pemikiran, salah satunya mencoba menjawab pertanyaan besar dunia: akankah kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) lebih pintar dibanding manusia?
Menurut Hawking, memang sangat menggoda untuk mengabaikan bahwa AI bisa sangat cerdas. Baginya, berpikir bahwa mesin bisa sangat pintar hanya sebuah fiksi ilmiah dapat menjadi potensi kesalahan terburuk.
"Ketika AI menjadi lebih baik dibanding manusia dalam mendesain AI, sehingga bisa memperbaiki diri sendiri tanpa bantuan manusia, kita mungkin menghadapi ledakan kecerdasan yang pada akhirnya menghasilkan mesin lebih pintar daripada manusia," ungkap Hawking dikutip dari thetimes.co.uk, Minggu (14/10/2018).
"Ketika itu terjadi, kita perlu memastikan bahwa komputer memiliki tujuan yang selaras dengan kita," imbuhnya.
Hawking juga melihat AI yang lebih pintar dibanding manusia memiliki banyak manfaat. Misalnya saja AI sebagai cara untuk menghilangkan penyakit dan menghapus kemiskinan.
"Kita tidak dapat memprediksi apa yang mungkin dicapai ketika kecerdasan ini didorong oleh alat yang disediakan AI," tulis Hawking.
Baca juga: Lubang Hitam hingga Tuhan, Inilah Deretan Pemikiran Stephen Hawking
Bagi Hawking penciptaan AI akan menjadi sejarah terbesar umar manusia. Tapi dia juga mengingatkan bahwa hal ini bisa menjadi inovasi terakhir manusia kecuali kita bisa menghindari risikonya.
"Sementara bentuk primitif AI yang dikembangkan sejauh ini terbukti sangat berguna, saya takut ada konsekuensi dari menciptakan sesuatu yang bisa menyamai atau melampaui manusia," ucap Hawking.
Ketakutan tersebut, menurut Hawking, karena manusia dibatasi oleh evolusi biologis yang lambat. Lambatnya evolusi ini diperkirakan bisa membuat manusia tidak dapat bersaing dan dengan mudah digantikan.
"Di masa depan, AI bisa mengembangkan kemauannnya sendiri, sebuah keinginan yang bertentangan dengan kehendak kita (manusia)," sambungnya.
"Yang lain percaya bahwa manusia dapat memerintahkan laju teknologi untuk waktu yang lama, dan potensi AI untuk memecahkan banyak masalah dunia akan terwujud," tutur Hawking.
"Meskipun saya dikenal sebagai orang yang optimis mengenai ras manusia, saya tidak begitu yakin," tegasnya.
Hawking mencontohkan tentang teknologi senjata dunia saat ini. Di tengah lomba para militer dunia menciptakan senjata yang bisa memilih targetnya sendiri, PBB sedang memperdebatkan untuk membuat perjanjian yang melarang sejata otonom semacam itu.
Baca juga: Apa yang Terjadi Sebelum Big Bang? Stephen Hawking Menjawabnya
"Mengingat kekhawatiran tentang kemampuan kita untuk mempertahankan kontrol jangka panjang dari sistem AI yang lebih maju, haruskah kita mempersenjatai mereka dan menyerahkan pertahanan kita kepada mereka?" kata Hawking.