Matt Davis, paleontolog di Aarhus University yang memimpin penelitian ini, mencontohkan tikus. Ada ratusan spesies tikus. Jadi, jika satu atau dua punah, itu tidak akan membunuh semua tikus di Bumi.
Namun, berbeda dengan harimau bertaring tajam yang hanya terdiri dari 4 spesies saja. Jika mereka semua punah, sejarah evolusi lenyap bersama mereka.
"Mamalia besar atau megafauna seperti sloth raksasa dan harimau bertaring tajam yang punah sekitar 10.000 tahun lalu sangat berbeda secara evolusi. Mereka hanya memiliki sedikit kerabat dekat sehingga kepunahan mereka berarti ada cabang evolusi yang dipotong," kata Davis.
Baca juga: Mamalia Dulu Makhluk Malam, Hantaman Asteroid Lalu Mengubah Takdirnya
Saat ini, hewan besar seperti badak hitam menghadapi kepunahan. Peluang gajah Asia untuk mencapai abad ke-22 juga kurang dari 33 persen.
Padahal gajah-gajah ini adalah salah satu dari dua spesies yang tersisa dari kelompok mamalia yang termasuk mastodon dan mammoth.
"Kita sekarang hidup di dunia yang makin miskin spesies mamalia liar besar. Beberapa mamalia besar yang tersisa seperti badak dan gajah juga akan terancam punah dengan sangat cepat," kata Jens-Christian Svenning, peneliti megafauna dari Aarhus University.
Ia juga mencatat bahwa planet ini tidak lagi memiliki berang-berang, rusa ataupun armadillo raksasa.
Meskipun temuan para peneliti ini terdengar mengerikan, mereka berharap penelitian tersebut dapat digunakan untuk mencari tahu spesies yang terancam punah dan memiliki keunikan evolusi. Sehingga akan membantu para konservasionis memutuskan untuk mencegah kepunahan yang paling merusak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.