Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merefleksikan Kesehatan Mental dan Tantangan Digital dalam Karya Seni

Kompas.com - 15/10/2018, 11:43 WIB
Resa Eka Ayu Sartika,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

SURAKARTA, KOMPAS.com - Himpunan mahasiswa psikologi Universitas Sebelas Maret (UNS) ikut memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia. Uniknya, pada peringatan kali ini, mereka mencoba menerjemahkan berbagai aspek psikologi melalui karya seni.

Bertajuk "Mental Heallth Agent in Digital Era", mereka mencoba membawa masyarakat untuk lebih memahami psikologi dengan cara lain, yaitu karya seni.

Dalam pameran yang diadakan pada Jumat hingga Minggu (12-14/10/2018), mereka memamerkan 86 karya dari berbagai kalangan di seluruh Indonesia. Di antaranya karya dari para pengidap gangguan mental.

"Menarik sebenarnya. Dalam psikologi itu kan kita bisa melihat dalamnya orang dari luaran (karya) dari dia," ungkap Michael Jason, ketua panitia, kepada Kompas.com, Jumat (12/10/2018).

Karya dari orang dengan gangguan mental yang dipamerkan dalam acara ini didapatkan panitia dengan kerja sama dengan beberapa komunitas. Di antaranya Komunitas Peduli Skizofren Indonesia (KPSI) dan Griya Skizofren.

"Memang KPSI ini kegiatannya salah satunya mengajak orang dengan gangguan mental untuk tetap berkarya," ujar pria yang akrab disapa Jason itu.

Dalam kesempatan tersebut, Jason menjelaskan sedikit bagaimana gambar bisa menunjukkan tentang yang dialami pembuat karya. Jason mencontohkan salah satu karya dari orang dengan skizofrenia (ODS).

Salah satu karya dari orang dengan skizofrenia Salah satu karya dari orang dengan skizofrenia

"Ini menarik, ketika beliau diminta mengambar, bapaknya langsung dibagi dan langsung angka. Dan kalau diperhatikan, angka 15 itu gak ada," tutur Jason.

"Kalau gambar labirinnya sendiri, itu kita gak tau orangnya masuk atau keluarnya dari mana. Jadi dari situ kita bisa lihat sedikit banyak dinamika dalam diri (pembuat karya)," imbuhnya.

Baca juga: Selamat Hari Kesehatan Mental Sedunia, Ini 6 Langkah Atasi Depresi

Jason juga menunjukkan sebuah karya berupa gambar tumbuhan. Menurutnya, dalam psikologi, gambar tumbuhan bisa digunakan untuk melihat dinamika dalam diri seseorang.

"Gambar ini punya makna yang dalam. Meski jika dilihat seperti biasa aja," kata Jason.

"Background putih dengan yang diwarna sudah punya makna yang lain. Jadi kita bangga sih bisa menampilkan ini," tegasnya.

Tema

Terkait tema yang diangkat dalam pameran kali ini, Jason menyebut ini berawal dari semangat agar ilmu psikologi bisa dipelajari khalayak yang lebih luas.

"Di psikologi itu kan kita belajar perilaku dan proses mental. Ketika mengetahui perilaku dan proses mental diri, at least kita jadi tahu apa yang terbaik untuk diri sendiri," tutur Jason.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau