Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Palu, Bagaimana Ban Bekas Bisa Menghentikan Gedung Runtuh?

Kompas.com - 11/10/2018, 09:57 WIB
The Conversation,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Beberapa riset telah menunjukkan bahwa memasukkan partikel karet ke dalam tanah dapat meningkatkan jumlah energinya yang dihamburkan.

Baca juga: Kini Terungkap, Tsunami Palu Menerjang Hanya 8 Menit Setelah Gempa!

Gempa menyebabkan karet berubah bentuk, menyerap energi dari getaran seperti cara yang sama pada bodi mobil penyok dalam kecelakaan untuk melindungi orang-orang di dalamnya. Kekakuan partikel pasir di tanah dan gesekan di antara keduanya membantu menjaga konsistensi campuran tersebut.

Saya dan rekan saya telah menunjukan bahwa menggunakan campuran karet dan tanah juga dapat mengubah frekuensi alami dari fondasi tanah dan mengubah cara fondasi tersebut berinteraksi dengan struktur bangunan di atasnya.

Ini bisa membantu menghindari fenomena resonansi yang biasanya terjadi ketika gaya seismik memiliki frekuensi yang sama dengan getaran alami bangunan. Jika getaran cocok mereka akan saling memperkuat getaran satu sama lain, secara dramatis memperkuat guncangan gempa dan menyebabkan struktur bangunan runtuh, seperti yang terjadi pada kasus terkenal di jembatan Tacoma Narrows, Washington, Amerika Serikat pada 1940. Menggunakan campuran karet dan tanah dapat mengimbangi getaran sehingga hal seperti ini tidak kembali terjadi.

Masa depan yang menjanjikan

Kunci untuk membuat teknologi ini bekerja adalah dengan menemukan persentase karet yang optimal untuk digunakan.

Kalkulasi awal kami sejalan dengan hasil kalkulasi dari riset lain. Ini menunjukkan bahwa lapisan campuran karet dan tanah dengan tebal antara satu dan lima meter di bawah bangunan akan mengurangi gaya akselerasi horisontal maksimum gempa bumi antara 50% dan 70%. Hal ini adalah elemen yang paling destruktif dari gempa bumi untuk bangunan tempat tinggal.

Kami sekarang mempelajari bagaimana bentuk-bentuk fondasi campuran karet-tanah yang berbeda dapat membuat sistem lebih efisien, dan bagaimana hal itu dipengaruhi oleh berbagai jenis gempa bumi. Bagian dari tantangan ini penelitian ini adalah menguji sistem.

Kami membangun model berskala kecil untuk mencoba memahami cara kerja sistem dan menilai keakuratan simulasi komputer. Tapi mengujinya di dunia nyata membutuhkan gempa bumi yang sebenarnya, dan hampir tidak mungkin mengetahui kapan tepatnya dan di mana gempa terjadi.

Ada beberapa cara untuk mengujinya melalui percobaan skala besar, yang melibatkan pembuatan model bangunan berukuran penuh dan mengguncangnya untuk mensimulasikan kekuatan dari gempa bumi nyata yang tercatat. Tetapi ini membutuhkan dana dari institusi atau perusahaan besar. Maka itu, ini hanya masalah mencoba solusi pada bangunan nyata dengan meyakinkan pemilik properti bahwa cara ini berharga.

Baca juga: Prediksi Ahli tentang Dampak Gempa Sesar Lembang pada Cekungan Bandung

*PhD Researcher di Edinburgh Napier University

Artikel ini pertama kali terbit di The Conversation

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau