KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir, Indonesia dihebohkan dengan kasus dugaan penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet. Apalagi setelah foto muka Ratna yang sedang bengkak diunggah di media sosial.
Banyak asumsi yang muncul dari pemberitaan ini. Salah satunya adalah wajah bengkak Ratna diakibatkan oleh melakukan prosedur operasi plastik bukan tindak penganiayaan.
Sebagai informasi, bedah plastik merupakan prosedur yang melibatkan pemulihan, rekonstruksi, atau perubahan tubuh manusia. Umumnya, prosedur ini juga membuat sejumlah efek pada bagian yang dioperasi.
Terlepas dari kasus Ratna Sarumpaet, operasi plastik telah menyelamatkan banyak kehidupan.
Itu karena operasi plastik tidak hanya untuk mengubah tubuh manusia menjadi lebih ideal saja. Melainkan, ada juga prosedur untuk merekonstruksi bagian tubuh seperti cacat bawaan, luka akibat kecelakaan, dan lain sebagainya.
Namun, di luar kontroversinya, operasi plastik ternyata telah dilakukan sejak lama.
Sebuah transkripsi teks kedokteran Mesir kuno mengungkap perbaikan hidung pertama. Teks ini menjadi salah satu naskah tertua di dunia karena tertanggal tahun 3000 hingga 2500 sebelum masehi (SM).
Di Periode Romawi dan Yunani kuno, teknik bedah plastik juga telah banyak digunakan. Saat itu, prosedur ini digunakan untuk merekonstruksi telinga, bibir dan hidung.
Di belahan dunia lain, India juga telah melakukan teknik bedah rekonstruktif sejak tahun 800 SM. Saat itu mereka melakukan cangkok kulit pipu untuk merekonstruksi hidung.
Baca juga: Kok Bisa Operasi Plastik yang Dulu Tabu Kini Booming?
Salah satu dokter yang memberikan kontribusi penting bagi bedah plastik adalah Sushruta pada abad ke-6 sebelum masehi.
Karya Sushruta yang semula berbahasa Sansekerta kemudian di terjemahkan dalam bahasa Arab pada periode Kekhalifahan Abbasiyah sekitar tahun 750.
Terjemahan bahasa Arab inilah yang kemudian masuk ke Eropa melalui perantara perdagangan hingga peperangan.
Teknik bedah dari Sushruta ini makin akarab di kalangan medis Eropa. Apalagi pada tahun 1000, terjadi kebiasaan barbar memotong hidung dan bibir atas musuh.
Pada abad ke-15, sebuah teks Islam yang ditulis Serafeddin Sabuncuoglu muncul. Naskah berjudul Operasi Kekaisaran itu memuat materi tentang opersi kelopak mata dan protokol pengobatan ginekomastia yang diyakini menjadi dasar metode bedah pengurangan payudara modern.
Di Italia, Gaspare Tagliacozzi mendapat julukan bapak operasi plastik setelah berhasil merekonstruksi hidung yang dipotong dengan lapisan kulit lengan atas. Prosedur yang digunakan adalah dari India dan dilakukan pada abad ke-16.
Selain mengobati orang yang terpotong hidungnya, prosedur ini juga digunakan untuk memperbaiki kelainan bentuk hidung sifilis.
Pada tahun 1798, istilah operasi plastik dibuat oleh Pierre Desault sebagai label untuk prosedur memperbaiki kelainan pada wajah.
Kata plastik yang digunakan Desault berasalh dari bahasa Yunani "Plastikos", artinya mudah untuk dibentuk. Dengan kata lain kata plastik pada prosedur ini bukan karena berhubungan dengan benda plastik.
Baca juga: Bagaimana Dokter Bisa Membedakan Lebam Operasi Plastik dan Trauma?
Sayangnya, prosedur ini sempat dilarang karena bahaya yang melibatkan wajah dan kepala.
Baru setelah ditemukannya anestesi dan atiseptik pada abad ke-19, operasi plastik menjadi lebih aman dan memungkinkan perbaikan dalam teknik.
Pada 1818, ahli bedah Jerman Carl Ferdinand von Graefe mempublikasikan tulisannya yang berjudul Rhinoplastik. Dalam tulisannya, von Graefe memodifikasi metode Italia menggunakan cangkok kulit lengan.
Tahun 1827, ahli bedah plastik Amerika John Peter Mettauer menjadi orang pertama yang melakukan bedah plastik dengan instrumen buatannya sendiri.
Tahun selanjutnya, tepatnya pada 1845, Johann Friedrich Dieffenbach menulis teks tentang operasi plastik aestetik atau yang meningkatkan penampilan kosmetik. Pada prosedur ini, Dieffenbach melakukan prosedur rekonstruksi hidung.
Kemampuan dan teknik bedah plastik juga banyak berkembang pada masa Perang Dunia. Salah satu ahli bedah perintis pada masa Perang Dunia I adalah Dr Harold Gillies.
Gillies mengembangkan beberapa teknik cangkok kulit pertama di dunia yang berhasil selama perang besar. Mulanya, teknik Gillies dilakukan untuk mengobati tentara yang terluka parah dan cacat.
Tujuannya adalah memungkinkan mereka bisa menjalani hidup sebagai warga sipil biasa. Setidaknya, 3.000 tentara yang terluka akibat perang bisa menjalani hari-harinya dengan lebih baik.
Cara Gillies ini dianggap sebagai pioner dan terobosan dalam operasi plastik modern. Hingga kini, teknik dan bahan untuk bedah plastik terus berkembang menjadi lebih baik lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.