Namun demikian, pembiayaan dan dukungan sistem peringatan dini dalam jangka panjang adalah masalah yang tidak kecil. Masing-masing pelampung tsunami sendiri memakan biaya $250 ribu untuk pemasangan dan $50 ribu per tahun untuk pemeliharaan.
Tiga badan pemerintahan di Indonesia yang bertanggung jawab untuk mitigasi bencana tsunami dan gempa bumi telah menderita akibat pemotongan anggaran, serta usaha internal untuk memperjelas peran dan tanggung jawab mereka.
Akhir kata, kejadian tsunami Palu telah menunjukkan bahwa pemodelan tsunami yang saat ini kita punya tidaklah cukup. Pemodelan itu tidak memasukkan gempa bumi yang berulang ke dalam perhitungan secara memadai, atau longsor bawah laut yang tercipta akibat gempa.
Tidak ada satu pun sistem peringatan yang dapat mencegah gempa kuat. Tsunami, dan kematian korban serta kerusakan infrastruktur, hampir pasti akan terjadi di masa depan.
Tetapi dengan sistem peringatan dini yang mumpuni dan tepercaya, jugakomunikasi dan kesadaran publik yang lebih baik, kita dapat mengurangi dampak tragis.
Untuk gempa yang terjadi sangat dekat dengan pantai—seperti yang kerap berlangsung di Indonesia—bahkan sistem yang ideal pun tidak akan sanggup menyebarkan informasi penting dengan cukup cepat.
Geografi Indonesia dan kehidupan masyarakat di pesisir yang rawan membuat tsunami makin berbahaya, jadi kita perlu upaya yang lebih banyak dan lebih giat untuk menciptakan masyarakat yang tahan gempa dan tsunami.
Anja Scheffers
Professor, Southern Cross University
Artikel ini ditayangkan berkat kerja sama Kompas.com dan The Conversation Indonesia dengan judul asli "Mengapa tsunami di Palu, Indonesia begitu dahsyat dan mematikan". Isi artikel di luar tanggung jawab Kompas.com.