Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/10/2018, 17:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber AFP

"Untuk negara seperti Indonesia, mencoba mempertahankan garis pantai dan edukasi hampir pasti akan melampaui teknologi untuk masa depan," ujar Adam Switzer, ahli tsunami dari Observatorium Bumi di Nanyang Technological University, Singapura.

"Setiap anak Indonesia perlu diajari apa yang harus dilakukan saat sedang di pantai dan terjadi gempa bumi," tegasnya.

Baca juga: Bersama Komunitas Internasional, LAPAN Bikin Peta Dampak Tsunami Palu

Para pengamat menekankan gempa bumi yang baru saja terjadi di Sulawesi Tengah sangat kompleks dan sulit untuk memperkirakan bahwa gempa tersebut juga mengirim tsunami ke Palu.

Gempa awal merupakan gerakan miring dari lempeng tektonik, bukan jenis sesar naik yang umumnya menghasilkan gelombang destruktif dan diikuti sejumlah gempa susulan.

Para ahli meyakini bahwa tsunami Palu dapat dipicu oleh tanah longsor bawah laut setelah gempa.

Selain itu, letak geografi Palu yang berupa teluk sempit juga disebut dapat meningkatkan risiko tsunami.

"Faktor geografis (teluk sempit dan perairan dangkal) tampaknya memainkan peran besar sehingga tsunami muncul sangat cepat dan tiba-tiba," kata Taro Arikawa, profesor di Universitas Chuo di Tokyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau