KOMPAS.com - Dengan teleskop Hubble, para ilmuwan baru saja melihat bintang neutron yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
Bintang neutron yang baru ditemukan ini memancarkan radiasi inframerah yang jauh lebih terang daripada yang dibayangkan sebelumnya. Tak hanya itu, pancaran radiasi tersebut juga mengampar luas lebih besar dari tata surya kita.
Pancaran radiasi yang luas itu karena bintang neutron ini mengandung lebih banyak massa dari Matahari.
"Emisinya jelas di atas apa yang dilepaskan bintang neutron itu sendiri, tidak hanya berasal dari bintang neutron saja," ungkap Bettina Posselt, penulis utama penelitian ini dikutip dari Gizmodo, Selasa (18/09/2018).
"Ini sangat baru," sambung profesor di Penn State University tersebut.
Bintang neutron berputar atau pulsar ini diberi nama RX J0806.4-4123. Jaraknya dari Bumi adalah sekitar 815 tahun cahaya dari Bumi.
Pulsar ini berdenyut setiap 11,37 detik. Uniknya, ia memancarkan sinar X yang terang tapi bukan gelombang radio.
Bahkan, radiasi inframerahnya jauh lebih terang dari yang diperkirakan.
Artinya, sinar X cerah ini bukan hanya bersumber tunggal. Diperlukan sumber energi lain untuk menghasilkan pancaran seterang itu.
Para peneliti menduga kemungkinan itu adalah medan magnet besar atau cakram debu yang memasok materi ke dalamnya.
Dalam laporannya di The Astrophysical Journal, itu membuat para peneliti menyadari bahwa mereka tidak hanya melihat sebuah bintang neutron. Tapi, lebih jauh lagi, fitur yang lebih luas di sekitarnya.
Baca juga: Astronom Temukan Bintang Kecil yang Bisa Menjelaskan Terbentuknya Bumi
"Ini benar-benar tidak terduga untuk menemukan bahan di sekitar bintang neutron yang bisa menyebabkan emisi inframerah," kata Martin van Kerkwijk dari Toronto University.
Untuk memecahkan pertanyaan tersebut, tim ini mencoba mengamati pulsar tersebut dengan panjang gelombang cahaya lainnya. Mereka mencoba menggunakan teleskop optik dan inframerah Gemini yang berbasis di Bumi.
Sayangnya, bintang neutron ini terlalu redup bagi ilmuwan yang ingin menentukan alasan kecerahan emisi inframerah itu.
"Kami membutuhkan presisi yang jauh lebih tinggi," kata Posselt.
Karena itu, para peneliti sedang menunggu Teleskop Antariksa James Webb untuk mengamatinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.