Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekeringan Parah di Australia Menyebar ke Indonesia, Ini Kata BMKG

Kompas.com - 20/09/2018, 19:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Kekeringan di Australia berdampak besar pada negara tetangganya, Indonesia. Setidaknya sekitar lima juta penduduk Indonesia menderita akibat musim kemarau panjang.

Udara panas dan kering yang diperparah oleh kondisi kekeringan di Australia telah menyebar ke utara, berkontribusi pada masalah kekurangan air di 4.000 desa Indonesia.

Siswanto direktur klimatologi di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, kondisi cuaca di Indonesia mengikuti apa yang terjadi di Australia.

"Musim kemarau di Indonesia sebenarnya dipaksakan oleh sirkulasi angin yang datang dari benua Australia," katanya.

"Ketika udara kering dan lebih sedikit uap air yang disirkulasikan dari Australia ke Indonesia, itu memodulasi musim kemarau di Indonesia."

Baca juga: Batu Tua Berusia Ratusan Tahun Beri Pesan Soal Kekeringan di Eropa

Petani padi berjuang untuk memenuhi kebutuhan

Pulau Jawa, pulau terpadat di Indonesia, terpukul paling parah oleh musim kemarau panjang. Beberapa petani mengatakan mereka tidak melihat hujan dalam empat bulan.

Di Kabupaten Tangerang, petani beras bernama Nurdin mengaku panennya menurun pada musim sebelumnya.

"Padi berhenti tumbuh, akarnya mati, jadi panen gagal di musim ini," kata Nurdin.

"Untuk satu hektar sawah, kami biasanya dapat (memanen) paling tidak lima ton beras. Musim ini kami hanya dapat lima karung beras. Cuma 250 kilogram. Parah!"

Keluhan yang sama datang dari Ampir yang sudah bertani selama 20 tahun. Ia mengatakan, musim kemarau kali ini berlangsung dua kali lebih lama dari biasanya.

"Ini susah untuk pemasukan keluarga, waktunya betul-betul jelek untuk kami," katanya kepada ABC.

"Karena tanaman gagal, kami harus menjadi buruh untuk bisa makan. Apa saja (dilakukan) dari menggali pasir untuk bangunan atau potong rumput di kebun. Apa pun yang datangkan uang untuk keluarga akan dikerjakan."

Pemerintah mengirimkan air

Di desa Pamoyanan, Jawa Barat, penduduk mengantri di jalan utama sambil memegang ember, botol, atau bak plastik.

Sumur mereka kering sejak beberapa minggu yang lalu dan sekarang mereka sepenuhnya bergantung pada pemerintah, yang mengirimkan truk bermuatan air dua kali seminggu.

Samah, seorang ibu di desa tersebut berkata sumber air berupa sungai terdekat sudah hampir kering dan tidak layak dikonsumsi.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau