Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mirip Alien, Makhluk Laut Apakah yang Terdampar di Selandia Baru?

Kompas.com - 19/09/2018, 17:31 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Keluarga Dickinson tak sengaja menemukan gumpalan berwarna merah muda aneh yang menyerupai gunung berapi saat sedang jalan-jalan di pantai Auckland Utara, Selandia Baru, pada Senin lalu.

Bukan alien menyerupai gunung berapi, makhluk itu ternyata adalah spesies ubur-ubur besar dengan ruas-ruas putih mengelilingi senter berwarna merah.

"(Ubur-ubur) ada di mana-mana dan itu sungguh mengagumkan. Kemudian kami melihat seekor (ubur-ubur) yang berbeda dari lainnya," ujar saksi mata Eve Dickinson kepada Auckland Now.

"Kami menghabiskan waktu cukup lama untuk mengamati mereka, karena bentuk dan warnanya yang cantik. Anak saya berkata, (ubur-ubur) ini mengingatkannya pada gunung berapi," imbuhnya.

Suami Eve Dickinson pun menuturkan bahwa ubur-ubur itu sempat berdenyut. "Mirip seperti otot yang berkontraksi," ujar suami Eve, Adam Dickinson kepada Yahoo7.

Baca juga: Jalan-jalan di Pantai, Keluarga Inggris Temukan Penyu Zombie Jumbo

Ubur-ubur surai singa

Dalam laporan Science Alert Rabu (19/9/2018), ubur-ubur yang ditemukan keluarga Dickinson adalah ubur-ubur surai singa (Cyanea capillata).

Ubur-ubur C. capillata juga dikenal sebagai ubur-ubur raksasa atau ubur-ubur rambut jeli. Spesies ini lebih mudah dikenali saat mengambang di bawah air.

Di bagian bawah puncak jamurnya, terdapat beberapa helai tipis yang membentuk tentakel jeli. Namun, saat ubur-ubur C. capillata terdampar di pantai, bentuknya menjadi pipih mirip alien.

Ubur-ubur surai singa merupakan ubur-ubur yang dapat hidup di seluruh dunia, mulai dari Arktik sampai Australia dan Selandia Baru.

Diameter tubuhnya umumnya sekitar 50 sentimeter. Namun ahli pernah menemukan ubur-ubur surai singa dengan diameter 2,3 meter pada tahun 1870 di Teluk Massachusetts, Samudra Atlantik.

Ahli biologi kelautan Diana Macpherson dari National Institute of Water and Atmospheric Research, Selandia Baru, mengatakan bahwa populasi ubur-ubur surai singa sangat umum di sekitar pulau, tapi tidak saat akhir musim dingin.

"Mereka (ubur-ubur) biasanya ada di sekitar pulau selama musim semi dan musim panas karena bertepatan dengan mekarnya plankton, jadi mereka (ubur-ubur) datang," jelas Macpherson.

"Ketika musim itu tiba, mereka datang dan menggunakan tentakelnya untuk menangkap segala sesuatu. Mereka bisa memperoleh banyak makanan sekaligus," ujar Lisa-Ann Gershwin seorang ahli biologi kelautan dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation Australia dalam wawancara dengan Wired tahun 2014.

Saat suhu berubah karena perubahan iklim, makhluk unik ini mungkin mulai muncul di saat tak terduga sepanjang tahun.

Makanan yang paling disukai ubur-ubur surai singa adalah plankton dan ubur-ubur kecil yang didapat saat mengapung di lautan.

Mereka juga berperan sebagai oase bagi para ikan kecil dan udang yang kebal terhadap racunnya, sehingga bisa memakan sisa makanan ubur-ubur.

Kemudian, ubur-ubur surai singa diincar oleh ikan besar dan penyu belimbing sebagai santapan.

Baca juga: Jalan-jalan di Pantai, Seorang Perempuan Temukan Bangkai Ikan Purba

Meski bentuknya sangat menarik, para ahli menyarankan untuk tidak memegang mereka bila kita menemukannya di pantai.

Meski sengatannya tidak menyebabkan kerusakan serius, tapi tetap saja rasanya sakit.

"Mereka memiliki racun di tentakel yang menyakitkan bila kita terlalu dekat dengan mereka. Perlakukan mereka dengan hati-hati," tutup Macpherson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau