KOMPAS.com - Para arkeolog baru saja mengumumkan temuan yang berhubungan dengan peradaban Maya kuno, sebuah altar batu kapur yang usianya 1.500 tahun.
Menurut para arkeolog, altar tersebut memberi informasi tentang strategi politik dinasti Kaanul untuk membuat seluruh kota ada di genggamannya.
Strategi perebutan kekuasaan ini mirip seperti yang dikisahkan dalam serial televisi terkenal, Game of Thrones. Di mana seorang penguasa bersekutu dengan penguasa lain untuk menaklukkan sebuah daerah.
Memiliki berat sekitar satu ton, altar itu ditemukan di sebuah situs arkeologi La Corona yang ada di dalam hutan utara Guatemala.
Baca juga: Selain Ritual, Hewan Liar seperti Puma dan Jaguar Dipelihara Maya Kuno
Menurut Tomas Barrientos yang merupakan co-director penggalian dan penyelidikan, prasasti kuno itu ditemukan di sebuah kuil.
"Kemudian ada raja Chak Took Ich'aak, penguasa La Corona, yang duduk dan memegang tongkat dengan dua dewa pelindung kota," kata Barrientos dilansir AFP, Jumat (14/9/2018).
Menurut hasil analisis, altar dengan ukuran 1,46 meter kali 1,2 meter itu bertuliskan hieroglif - sistem tulisan kuno yang terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet - Maya kuno yang ditulis pada 12 Mei 544.
Selain itu, Barrientos dan timnya juga menemukan bukti bahwa raja Chak Took Ich'aak pernah memerintah kota di dekatnya El Peru-Waka sekitar 20 tahun kemudian.
Penemuan bukti-bukti ini menunjukkan bahwa dinasti Kaanul atau disebut juga Kerajaan Ular menggunakan strategi politik di La Corona untuk mengalahkan musuh terberatnya, Tikal, pada 562. Kemudian dinasti itu menguasai dataran rendah suku Maya di tenggara Mesoamerika selama dua abad.
Strategi politik itu berdasarkan aliansi dengan kota-kota kecil di sekitar Tikal menjelang kemenangan akhir. Tikal merupakan pusat kota peradaban Maya pra-Columbus yang ada di utara Guatemala.
Salah satunya dibuktikan dengan temuan rincian pernikahan antara seorang putri dari Kerajaan Ular dengan Raja La Corona.
"Altar ini menunjukkan sebagian sejarah Guatemala dan saya akan menyebut ini sebagai versi Game of Thrones dari suku Maya," kata Barrientos.
Altar itu pun disebut telah melengkapi teka-teki yang berhubungan dengan politik kultur suku Maya.
"Ini adalah karya seni berkualitas tinggi yang menunjukkan bahwa penguasa saling bersekutu untuk bersaing, dalam hal ini melawan Tikal," jelasnya.
Baca juga: Ahli Temukan Topeng Berusia 1.500 Tahun, Diyakini Milik Raja Suku Maya
La Corona meruapakan tempat di mana strategi politik suku Maya yang paling penting mulai terbentuk.
Kerajaan Ular berkembang dari ibu kota Dzibanche hingga ke Guatemala, Belize, dan negara bagian Campeche di Meksiko. Namun akhirnya dinasti itu dikalahkan Tikal.
"Memiliki informasi tentang apa yang terjadi selanjutnya dan bagaimana mereka merencanakan strategi politik, pada akhirnya mengajarkan kita bagaimana sebuah politik dilakukan di masa lalu untuk memperebutkan daerah kekuasaan," pungkas Barrientos.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.