Dampak jasmani tergores kertas memang gangguan yang nyata, tetapi saya takjub melihat respons mental dan emosional yang ditimbulkannya.
Di satu sisi, kecelakaan yang lebih parah seperti terpotong gunting atau bahkan kecelakaan lalu-lintas yang mengakibatkan kelumpuhan atau kehilangan kaki memang lebih sering diteliti dari sisi dampak psikologisnya.
Namun di sisi lain, kecelakaan minor tidak banyak diteliti—dan ini sah-sah saja. Ada banyak hal yang lebih penting yang perlu diteliti ketimbang luka tergores kertas.
Coba ingat lagi sejenak apa yang Anda mungkin rasakan ketika tergores kertas. Ada rasa terkejut (karena siapa yang menyangka menjilat amplop dapat berujung pada kecelakaan dan hilangnya darah!). Ada pula rasa malu karena tubuh kita tidak dapat berkoordinasi melakukan tugas yang sederhana (mengapa ini selalu terjadi?).
Ada pula rasa marah karena telah menyakiti diri (aargghh!). Dan jangan lupa rasa khawatir bahwa hal ini bisa terjadi lagi (masih ada 200 amplop yang harus dikerjakan!).
Tergores kertas adalah hal yang sepele, tetapi reaksi emosional yang dihasilkannya mungkin rumit.
Tergores kertas sejatinya mengingatkan kita bahwa tak peduli berapa kali kita mengerjakan suatu tugas sederhana, kita tetap saja mampu melukai diri sendiri secara tak sengaja.
Jika itu membuat kita lebih bersimpati terhadap derita tetangga, atau jadi lebih rendah hati, maka mungkin tergores kertas sebenarnya bermanfaat juga. Mungkin.
Gabriel Neal
Clinical Assistant Professor of Family Medicine, Texas A&M University
Catatan redaksi:
Artikel ini ditayangkan di Kompas.com atas kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Artikel di atas dikutip dari tulisan berjudul "Mengapa tergores kertas rasanya sakit sekali?". Isi artikel di luar tanggung jawab redaksi Kompas.com.