Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Kenapa Tergores Kertas Rasanya Sakit Sekali? Ahli Menjawab

Kompas.com - 04/09/2018, 17:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Gabriel Neal

BAYANGKAN, sebentar saja, rasanya luka akibat tergores kertas. Terjadinya begitu cepat, sama sekali tak dapat ditebak, dan biasanya ketika sedang mengerjakan sesuatu yang sudah lama tertunda.

Ingatlah lagi saat-saat Anda menuliskan ucapan terima kasih kepada bibi Anda yang memberi hadiah pakaian cantik tiga bulan sebelumnya, dan persis saat itu, tangan Anda tergelincir dan terluka ketika tepian kertas meluncur menggores daging.

Yang timbul berikutnya adalah rasa sakit—yang tajam dan pedih—yang membuat Anda hanya memikirkan hal-terpenting-saat-ini.

Ketika rasa sakit itu menjalar, Anda berharap apa yang barusan terjadi hanyalah mimpi, tidak betul-betul terjadi. Tapi tak ada guna. Tangan Anda telah tergores dan kini perlu dirawat.

Secara jasmani, luka tergores kertas terasa amat menyakitkan karena beberapa alasan. Biasanya ini terjadi di beberapa anggota tubuh yang paling sensitif, seperti jari, bibir atau lidah.

Jaringan saraf dari bagian tubuh tersebut dapat membedakan jelas mana rasa sakit, mana rasa tertekan, mana panas, dingin, dan cedera. Otak kita bahkan punya bagian khusus untuk menerima sinyal yang datang dari bagian-bagian tubuh yang sensitif tersebut.

Kemampuan merasa yang amat peka yang dimiliki jari, bibir, dan lidah kita, otomatis juga membuat luka menjadi terasa semakin sakit.

Sialnya, area yang sangat sensitif ini adalah bagian tubuh yang sama yang biasa kita gunakan setiap saat. Maka luka pada jari, bibir, dan lidah cenderung terbuka kembali dan menimbulkan rasa sakit berulang-ulang.

Yang terakhir, kedalaman luka juga sangat pas dalam membuka dan menyentuh serat saraf pada kulit tanpa merusaknya. Ini berbeda dengan luka yang lebih parah, lebih dalam, yang dapat merusak jaringan saraf sehingga melumpuhkan kemampuan mereka menyampaikan rasa sakit.

Ketika kulit kita tergores kertas, jaringan saraf kita terbakar tetapi tetap berfungsi seperti biasa.

Bagaimana menghentikan rasa sakit?

Sebagai seorang dokter keluarga, saya dapat merekomendasikan beberapa cara praktis untuk mengurangi sakitnya tergores kertas.

Pertama, cucilah luka sesegera mungkin dengan air dan sabun. Ini akan mengurangi kemungkinan infeksi dan membantu luka lekas sembuh.

Jagalah agar luka tetap bersih, dan bila mungkin, tutuplah dengan perban kecil agar luka terlindungi dan tidak terbuka kembali.

Dampak jasmani tergores kertas memang gangguan yang nyata, tetapi saya takjub melihat respons mental dan emosional yang ditimbulkannya.

Di satu sisi, kecelakaan yang lebih parah seperti terpotong gunting atau bahkan kecelakaan lalu-lintas yang mengakibatkan kelumpuhan atau kehilangan kaki memang lebih sering diteliti dari sisi dampak psikologisnya.

Namun di sisi lain, kecelakaan minor tidak banyak diteliti—dan ini sah-sah saja. Ada banyak hal yang lebih penting yang perlu diteliti ketimbang luka tergores kertas.

Coba ingat lagi sejenak apa yang Anda mungkin rasakan ketika tergores kertas. Ada rasa terkejut (karena siapa yang menyangka menjilat amplop dapat berujung pada kecelakaan dan hilangnya darah!). Ada pula rasa malu karena tubuh kita tidak dapat berkoordinasi melakukan tugas yang sederhana (mengapa ini selalu terjadi?).

Ada pula rasa marah karena telah menyakiti diri (aargghh!). Dan jangan lupa rasa khawatir bahwa hal ini bisa terjadi lagi (masih ada 200 amplop yang harus dikerjakan!).

Tergores kertas adalah hal yang sepele, tetapi reaksi emosional yang dihasilkannya mungkin rumit.

Tergores kertas sejatinya mengingatkan kita bahwa tak peduli berapa kali kita mengerjakan suatu tugas sederhana, kita tetap saja mampu melukai diri sendiri secara tak sengaja.

Jika itu membuat kita lebih bersimpati terhadap derita tetangga, atau jadi lebih rendah hati, maka mungkin tergores kertas sebenarnya bermanfaat juga. Mungkin.

Gabriel Neal

Clinical Assistant Professor of Family Medicine, Texas A&M University

Catatan redaksi:

Artikel ini ditayangkan di Kompas.com atas kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Artikel di atas dikutip dari tulisan berjudul "Mengapa tergores kertas rasanya sakit sekali?". Isi artikel di luar tanggung jawab redaksi Kompas.com.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau