Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Dekapan Ibu Ringankan Rasa Sakit Pascasuntik pada Bayi?

Kompas.com - 03/09/2018, 11:57 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

Alat itu bisa mendeteksi perubahan oksigenasi, yang menunjukkan aliran darah ke daerah-daerah di sekitar otak di mana aktivitas otak meningkat saat menjalani tes darah dengan tusuk jarum.

Penggunaan berbagai metode berbeda dalam mengurangi neyeri dikaitkan dengan berbagai respons berbeda dalam otak.

Dengan pemberian air gula, tampak pengurangan pengiriman sinyal rasa sakit di korteks serebrum atau lapisan permukaan otak yang terdiri dari neuron-neuron.

Hal ini berbeda jika dibanding menyusui bayi dengan ASI menggunakan botol saat mereka di meja pemeriksaan, kata Demarini.

Menyusui terkait dengan penyebaran aktivasi korteks serebrum dengan perasaan positif yang mungkin menutupi rasa sakit dari tusuk jarum, sehingga bayi-bayi menunjukkan sedikit rasa sakit, kata Demarini.

Baca juga: Studi: Sunat Dini pada Bayi Bisa Sebabkan Kematian Mendadak

Para peneliti tidak mempelajari efek dari memeluk saja karena tindakan ini sudah menunjukkan membantu mengurangi rasa sakit pada bayi pada penelitian lainnya, terutama saat melibat kontak kulit antara ibu dan bayi.

Penelitian menemukan sedikit perbedaan pada pereda nyeri antara menyusui dan menggendong bayi yang diberi air gula.

"Fakta bahwa (gula) dikombinasikan dengan gendongan lebih efektif daripada hanya pemberian (gula) saja, sekali lagi menunjukkan kekuatan pendekatan multisensor," kata Denise Harrison yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Menggendong berarti berbicara kepada bayi, gerakan, kehangatan, semuanya bisa mengurangi respons terhadap rasa sakit pada bayi baru lahir," sambung peneliti di Rumah Sakit Anak Eastern Ontario dan Universitas Ottawa tersebut.

Namun kapanpun memungkinkan, menurut Harrison, menyusui masih yang terbaik (dalam meringankan rasa sakit bayi).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com