KOMPAS.com - NASA baru saja merilis peta yang menyoroti jumlah kebakaran hutan di Bumi beserta lokasinya.
Gambar ini diperoleh dari pengamatan satelit minggu lalu, kemudian digabungkan dalam satu gambar dengan menggunakan perangkat lunak milik NASA.
Ada beberapa titik kebakaran hutan yang ditunjukkan dengan warna merah. Seperti misalnya di Amerika Utara, Chili, dan Amerika Selatan yang sudah membakar hampir 1,5 juta hektar hutan dalam dua tahun seperti laporan yang terbit di PLOS One.
Masing-masing kebakaran hutan yang terdeteksi satelit NASA pun disebabkan oleh beragam alasan.
Baca juga: Musim Kemarau Meluas, BMKG: Waspada Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan
Menurut studi kolaborai Internasional, kebakaran hutan makin parah dengan adanya perubahan iklim yang membuat Bumi makin panas.
"Kebakaran (hutan) di Chili tengah kebanyakan disebabkan oleh ulah manusia, iklim yang lebih kering dan panas, serta lahan yang mudah terbakar," ujar co-author Profesor Anibal Pauchard dari Universitas Concepcion dilansir IFL Science, Jumat (24/8/2018).
Berbeda dengan Chili, Pauchard mengatakan penyebab kebakaran hutan di Afrika lebih berhubungan dengan pertanian dan pengelolaan lahan.
Hal ini karena adanya anggapan bahwa tanah bisa menjadi lebih subur bila membakar hutan terlebih dahulu. Kemungkinan mereka membakar tanaman yang tidak diinginkan. Meski ada keuntungan yang bisa didapat, namun kebakaran juga apat menurunkan kualitas udara di daerah tersebut.
Sementara itu, Pauchard dan timnya percaya bahwa penyebab kebakaran hutan yang terdeteksi di Brasil adalah gabungan antara sistem pertanian dan kebakaran hutan itu sendiri.
Di negara itu, api digunakan sebagai alat penebangan hutan selama musim kemarau. Cara ini pada akhirnya justru membuat api lebih lama padam dan area yang terbakar meluas dari yang direncanakan, terutama jika wilayah tersebut sedang mengalami kekeringan.
Peta ini juga menunjukkan kebakaran hutan di Australia disebabkan oleh lamanya iklim panas dan kering, serta ladang yang tidak terhalang. Namun, kebaran hutan di Australia terjadi dua bulan lebih awal dari biasanya, karena musim panas yang lebih panas dan kering sehingga memengaruhi lapisan tanah.
Baca juga: 10 Hal dari Perubahan Iklim Ini Memperburuk Kasus Kebakaran Hutan
Peta ini dibuat dengan menggunakan aplikasi Worldview dari Earth Observing System Data and Information System (EOSDIS) milik NASA. Anda juga dapat melihat versi interaktifnya di sini.
Sistem ini memiliki lebih dari 700 lapisan citra beresolusi tinggi dari seluruh dunia, seperti kebakaran dan anomali termal. Setiap set data diperbarui selama tiga jam sekali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.