Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/07/2018, 12:09 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Burung gagak terkenal dengan kecerdasannya. Banyak penelitian telah mendokumentasikan kecerdasan burung gagak, mulai dari kecakapan memecahkan teka-teki, penggunaan alat, hingga kemampuan mereka mengingat wajah manusia yang mengancam.

Namun, selain itu gagak juga dikenal sebagai burung yang sangat sosial. Ikatan itu bahkan berlanjut setelah kematian, di mana mereka akan berkumpul dan menggaok keras di dekat tubuh gagak lain yang sudah mati.

Perilaku tersebut telah menarik perhatian Kaeli Swift, kandidat doktor di School of Environmental and Forest Sciences di University of Washington (UW).

Ia bersama rekannya menyoroti aspek perilaku sosial burung gagak dan menemukan bahwa kelompok burung gagak memperhatikan dan bereaksi terhadap kematian. Mereka pun mendapati jika gagak menggunakan rekan mereka yang sudah mati untuk belajar menghindari risiko potensial.

Namun, ada hal yang ganjil ketika mereka sedang melakukan pengamatan tersebut.

Baca juga: Burung Gagak di Jepang Curi Kartu Kredit untuk Beli Tiket Kereta

Swift mendapati perilaku seksual yang tidak biasa dan belum pernah ia lihat sebelumnya. Seekor gagak mendekati gagak yang sudah mati dan mencoba mengawini jasad tersebut.

Apa yang dilihatnya sontak membuat kebingungan. Sebab, perilaku tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian sebelumnya. Jika memang dianggap sebagai sinyal bahaya, mengapa mereka ingin mendekati jasad gagak?

"Berada dalam jarak yang dekat dengan hewan yang mati dengan spesies yang sama dapat membuat mereka terkena penyakit atau parasit," kata Swift.

Gagak rupanya bukanlah satu-satu hewan yang punya perilaku seperti ini. Para ilmuwan telah menyaksikan contoh-contoh terpisah dari berbagai jenis hewan, mulai dari bebek hingga lumba-lumba yang mencoba bercinta dengan anggota spesies mereka yang sudah mati.

Namun, para ilmuwan tidak bisa menjelaskan apakah perilaku ini umum terjadi di antara spesies.

Penelitian baru

Untuk menjawab rasa penasaran tersebut, sebuah penelitian baru kembali dilakukan. Serangkaian percobaan diadakan di empat kota Washington, peneliti menguji 308 pasang burung gagak liar yang kemudian didekatkan pada gagak yang sudah diawetkan. Peneliti juga menyiapkan mayat hewan lain seperti merpati dan tupai.

Percobaan ini dimaksudkan untuk melihat apakah respons burung gagak bisa juga terjadi pada hewan lain yang sudah mati atau hanya terbatas pada spesies mereka sendiri.

Baca juga: Terjawab Sudah, Inilah Alasannya Burung Tak Punya Gigi

Hasilnya ditemukan bahwa burung gagak cenderung akan menggaok ketika mereka melihat bangkai gagak, terutama jika burung gagak berada dalam posisi benar-benar mati dibandingkan gagak yang terlihat dengan pose yang lebih hidup.

Prosentase burung gagak yang mendekati gagak mati adalah 25 persen, namun hanya 4 persen yang mengisyaratkan untuk memulai aktivitas seksual.

"Jelas kebanyakan burung tidak terlibat dalam perilaku ini, dan itu menunjukkan bahwa mungkin ada beberapa hal yang membuat mereka melakukannya," kata Swift.

Bisa jadi perilaku ini merupakan bentuk kebingungan spesies karena tekanan tinggi musim kawin. Hal tersebut membuat mereka menunjukkan perilaku agresif juga respons seksual, bahkan terhadap gagak yang sudah mati.

Sayangnya, penjelasan di atas baru dugaan. Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengetahui apa yang menyebabkan beberapa burung bereaksi dengan cara tersebut.

Temuan ini telah dipublikasikan daring di jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society B.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com