KOMPAS.com - Saat gelombang panas menerpa berbagai wilayah, mulai Jepang hingga ke Inggris, kemudian dari Aljazair sampai ke California. Selain negara tersebut, hampir seluruh wilayah Indonesia juga sudah memasuki musim kemarau.
Masing-masing budaya atau negara memiliki banyak kiat untuk melawan gelombang panas. Namun, apakah semua kepercayaan yang berkembang terbukti secara ilmiah?
Berikut 5 kepercayaan melawan gelombang panas dan penjelasan ilmiahnya.
Baca juga: Musim Kemarau Meluas, BMKG: Waspada Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan
1. Minumlah lebih banyak air
Mengonsumsi lebih banyak air saat suhu tinggi menyerang dapat membantu tubuh menghindari kekurangan cairan dan melindungi ginjal.
Namun, ada perdebatan minuman apa yang sebaiknya dikonsumsi, minuman dingin atau panas.
Beberapa teori mengatakan minum air panas dapat membuat tubuh mengeluarkan lebih banyak keringat sehingga tubuh jadi lebih dingin. Namun jika cairan dalam tubuh yang telah keluar tidak diganti, maka akan menyebabkan dehidrasi.
Selain karena kurang cairan, beberapa ahli berpendapat dehidrasi dapat muncul karena kita terlalu banyak minum teh atau kopi yang mengandung kafein.
Sementara itu, beberapa studi lain mendukung gagasan bahwa mengkonsumsi minuman dingin lebih baik. Dalam sebuah studi, para ahli telah mengukur bagaimana reaksi tubuh setelah berolahraga ketika meminum minuman dingin dan panas. Mereka menunjukkan minuman dingin lebih efektif mendinginkan tubuh.
Namun kesimpulan ini juga menimbulkan pro kontra terkait metode yang digunakan untuk mengukur suhu. Sebab dalam studi suhu tubuh para relawan diukur menggunakan termometer rectal (melalui anus).
Menurut Ollie Jay, profesor bidang fisiologi termoregulasi di University of Ottawa, cairan dari minuman dingin langsung masuk ke perut, tidak jauh dari penempatan termometer. Maka tak mengherankan, suhu yang tercatat tampak turun.
Jadi mana yang lebih baik? Meminum minuman hangat dapat membantu tubuh mengeluarkan lebih banyak keringat dan menurunkan suhu tubuh. Namun, cara ini tidak bisa dilakukan saat suhu lembab.
2. Menggunakan kipas angin
Hembusan angin dari kipas angin dapat membantu mempertahankan suhu tubuh normal agar tetap dingin melalui transfer panas dan penguapan keringat melalui kulit.
Satu laporan kasus bahkan memberikan contoh tiga pasien yang menderita serangan panas berhasil didinginkan dengan menggunakan kipas angin.
Namun, teori kipas angin mampu mendinginkan tubuh juga masih menjadi perdebatan. Salah satunya dilakukan oleh ahli dari Cochrane Reviews.
Mereka melakukan penilaian dan mencoba mengambil kesimpulan tentang keberhasilan kipas angin dalam penanganan atau intervensi yang berbeda.
Dalam penelitian yang dilakukan pada 2012, mereka menguji kipas angin dari berbagai jenis secara acak.
Temuan mereka menunjukkan bahwa kipas angin dapat membantu mendinginkan, tapi jika suhunya sangat tinggi, justru keberadaan kipas angin dapat menghambat upaya pendinginan.
Secara umum, kipas angin dapat terasa dampaknya apabila suhu maksimal 35 derajat Celcius. Lebih tinggi dari suhu tersebut (beberapa penelitian mengatakan pada suhu lebih dari 37 celsius), kipas angin dapat menghembuskan udara panas sehingga memperburuk situasi dan meningkatkan dehidrasi.
Namun hingga percobaan terkontrol secara acak dilakukan, kita tetap tidak akan mengetahui secara pasti apa efek yang bisa disebabkan oleh keberadaan kipas angin.
Saat gelombang panas terjadi pada 1999 di Cincinnati, 17 orang meninggal dunia dan 10 di antaranya sedang menyalakan kipas angin saat ditemukan.
Sebab itu, masih diperlukan banyak data untuk hal ini. Tapi jika suhu lebih dari 37 derajat Celsius, sebaiknya jangan menyalakan kipas angin.
Baca juga: Gelombang Panas Eropa Bikin Nyamuk di Finlandia Lenyap, Kok Bisa?
3. Efek samping gelombang panas terjadi pada orang tua
Saat gelombang panas terjadi, jumlah pasien meningkat dan sebagian besar adalah orang tua.
Jika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh kita, kita akan berkeringat untuk mendinginkan diri. Kita juga memancarkan panas dengan mengirimkan darah lebih banyak ke tangan dan kaki kita, karena itu tangan dan kaki kita dapat terasa sangat panas pada malam hari.
Kedua metode termoregulasi itu membuat jantung bekerja lebih banyak, inilah sebabnya orang tua kadang mengalami serangan jantung atau gagal jantung.
Dan tidak seperti dampak kesehatan akibat serangan udara dingin, serangan gelombang panas dapat terjadi secara cepat: sebagian besar kematian terjadi dalam 24 jam pertama pada saat gelombang panas terjadi.
Selain jantung bekerja lebih keras, masalah lain adalah orang tua lebih sulit mengatur suhu tubuh mereka atau mereka tidak menyadari bahwa suhu tubuh mereka terlalu panas, yang berarti mereka bisa dehidrasi lebih cepat ketimbang orang yang lebih muda.
Namun dalam kasus ini bukan berarti hanya lansia yang bisa terdampak. Bayi baru lahir dan orang dalam kondisi kesehatan yang buruk juga cenderung mengalami masalah sama.
Selain itu, orang yang sulit bergerak juga dapat terdampak. Ini karena mereka susah berjalan untuk membuka jendela atau mengambil minuman.
4. Membuka semua jendela
Saat suhu udara terasa sangat panas, sebagian besar dari kita mungkin akan membuka semua jendela untuk membiarkan angin masuk ke ruangan. Namun jika hal ini dilakukan pada siang hari, sebenarnya justru akan membuat suhu ruangan lebih panas.
Sebaiknya jendela hanya dibuka saat udara di luar ruangan lebih dingin daripada di dalam ruangan, biasanya terjadi pada malam hari.
Sementara saat siang hari sebaiknya menutup jendela untuk membuat ruangan lebih teduh. Bila jendela dibuka pada siang hari, angin yang panas akan masuk dan itu tidak akan memengaruhi ruangan.
Baca juga: Gelombang Panas Eropa Bikin Flamingo Bertelur Lagi Setelah 15 Tahun
5) Menenggak bir
Pada film Ice Cold in Alex (1958), karakter Sir John Mills terlihat tidak sabar untuk meninggalkan padang pasir dan menenggak segelas bir dingin.
Namun apakah benar segelas bir dapat mendinginkan tubuh? Sebenarnya tidak.
Jika hanya segelas bir, itu tidak akan menyakiti Anda. Dalam beberapa studi, para peneliti meminta sejumlah orang berolahraga sampai mereka kepanasan dan lalu membandingkan pemulihan mereka ketika mereka menenggak bir beralkohol dan minuman tidak beralkohol.
Relawan yang menenggak bir ternyata mengeluarkan urin lebih banyak dibanding yang tidak, dan hal ini tidak baik. Ini artinya tubuh justru kehilangan banyak cairan.
Penelitian lain menemukan bahwa bir lebih efektif menghilangkan dehidrasi dibanding minuman isotonik atau air mineral.
Tidak ada yang tahu persis mengapa orang yang minum bir membuat mereka lebih sering ke kamar kecil. Ada hipotesa yang menyebut hal itu terjadi karena tubuh yang mengalami dehidrasi dan membutuhkan lebih banyak bir ketimbang cairan lainnya.
Walaupun sudah ada penelitian skala yang terbatas, dan itu pun belum secara khusus meneliti suhu tubuh, kita belum bisa mengetahui penjelasan secara ilmiah mengapa bir dapat mendinginkan suhu tubuh Anda.
Namun penelitian itu sudah menunjukkan bahwa segelas atau dua gelas bir tetap dapat membuat Anda tidak mengalami dehidrasi ketimbang sebaliknya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.