KOMPAS.com - Hari Minggu (19/08/2018) malam lalu, gempa kembali mengguncang Lombok. Gempa M 6,9 kali ini sering dikaitkan masyarakat dengan pembuktian prediksi yang beredar di media sosial.
Namun, benarkah demikian?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Kompas.com menghubungi Danny Hilman Natawidjaya, pakar gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Danny dengan tegas mengatakan bahwa gempa pada hari Minggu kemarin tidak membuktikan prediksi yang viral di media sosial.
"Tidak terbukti. Yang namanya ramalan harus menyebutkan berapa besarnya magnitudonya dan di mana. Ini kan tidak disebutkan," kata Danny melalui sambungan telepon, Senin (20/08/2018).
Menurut Danny yang dianggap prediksi tersebut bisa jadi hanya sebuah kebetulan. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan.
Salah satunya, tidak ada penyebutan lokasi yang spesifik dalam "ramalan" gempa itu.
"Yang kedua, harus juga menyebutkan dasar analisisnya apa, datanya apa, itu yang ilmiah. Selain itu ya ramalan saja, untung-untungan aja," kata Danny.
"Sekarang pun, secara ilmiah tidak bisa memprediksi gempa selanjutnya. Belum ada," tegasnya.
Meski begitu, Danny juga tidak menampik bahwa mungkin saja gempa bisa diperkirakan jika datanya lengkap.
"Kadang-kadang kita bisa, kalau datanya cukup bisa kita prediksi," ujar Danny.
"Kalau kita amati dari pola gempanya, dan sebagainya. Bisa kadang-kadang. Ada juga yang berhasil, ada yang tidak," tegas Danny.
Baca juga: Ahli Eropa Uji Ketahanan Bangunan terhadap Gelombang Seismik Gempa
Untuk itu, dia menekankan bahwa pentingnya menyebutkan data yang digunakan untuk memprediksi gempa.
"Makanya saya bilang, meramal gempa itu harus jelas data yang dipakai apa," tutupnya.
Gempa yang terjadi di Lombok akhir pekan lalu oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sendiri disebut sebagai gempa baru.