KOMPAS.com - Menjadi kaisar di Roma kuno sangat berbahaya, taruhannya nyawa. Selama lebih dari 500 tahun, sekitar 20 persen dari 82 kaisar Roma ternyata dibunuh saat berkuasa.
Lantas apa yang menyebabkan mereka dibunuh?
Para ahli menyodorkan sebuah hipotesis menarik yang terdengar aneh di balik kisah pembunuhan para kaisar Romawi. Dalam studi yang dimuat di jurnal Economics Letters, ahli menyebut hujan adalah biang keladinya.
Alasannya sederhana, saat curah hujan rendah terjadi gagal panen. Sementara petani lokal tergantung pada hujan untuk menyirami tanaman mereka.
Gagal panen itulah yang membuat pasukan militer Romawi kelaparan dan akhirnya memberontak.
Baca juga: Tulisan 2.000 Tahun Ungkap Kisah Kaisar China yang Ingin Hidup Abadi
"Kelaparan itu akan mendorong mereka untuk memberontak. Pada gilirannya pemberontakan akan meruntuhkan dukungan bagi kaisar dan membuatnya lebih rentan terhadap pembunuhan," kata Cornelius Christian, peneliti di Brock University di Ontario, Kanada, dilansir Live Science, Rabu (8/8/2018).
Christian melakukan studi tersebut dengan menggunakan data iklim kuno di jurnal Science edisi 2011.
Dari penelitian itu, ia menganalisis ribuan cincin pohon dari Perancis dan Jerman kemudian menghitung berapa banyak hujan yang terjadi setiap musim semi selama 2.500 tahun terakhir.
Daerah tersebut pernah menjadi perbatasan Romawi kuno, di mana pasukan militer ditempatkan.
Christian lantas menggabungan data dengan pemberontakan militer dan pembunuhan kaisar di Romawi kuno.
Setelah penyatuan data, ia menemukan curah hujan yang lebih rendah berarti ada lebih banyak kemungkinan pembunuhan yang akan terjadi. Curah hujan yang lebih rendah berhubungan dengan terbatasnya sumber bahan pangan.
Pembunuhan Kaisar
Ambil contoh, Kaisar Vitellius yang dibunuh pada 69 Masehi. Kala itu, selama satu tahun di perbatasan Romawi - di mana para pasukannya ditempatkan - curah hujan rendah.
"Vitellius adalah seorang kaisar yang disegani oleh pasukannya. Sayangnya, curah hujan rendah melanda dan pasukannya memberontak. Hingga akhirnya ia dibunuh di Roma," ungkap Christian.
Meski begitu memang akan ada banyak faktor yang bisa mengarah pada pembunuhan kaisar dan tidak melulu berkaitan dengan hujan. Misalnya Kaisar Commodus yang dibunuh 192 Masehi karena sebagian militer mulai muak terhadap kelakuannya.
Tidak ada kekeringan yang mendahului pembunuhan Commodus.
"Itu mengapa kami tidak mencoba mengklaim bahwa curah hujan adalah satu-satunya penjelasan. Ini hanyalah salah satu dari banyak variabel potensial yang dapat menyebabkan pembunuhan terjadi," kata Christian.
Baca juga: Perpustakaan Zaman Romawi Kuno Ditemukan di Pusat Kota Jerman
Mungkin itu juga yang membuat Joseph Manning, profesor sejarah klasik di Yale University yang tidak terlibat dengan penelitian ini, juga tidak langsung sependapat.
Meski merupakan hipotesis yang menarik, ia mempertanyakan soal apakah penggunaan data iklim benar-benat cocok dengan tanggal pembunuhan, dari awal kekaisaran di 27 SM sampai akhir di 476 Masehi.
Hal senada juga diungkapkan Jonathan Conant, profesor sejarah di Brown University yang juga tidak terlibat dengan penelitian ini.
Menurutnya sebagian besar pembunuhan terjadi pada abad ke-3 Masehi. Pada saat itu, kekaisaran Romawi mengalami inflasi besar-besaran, wabah penyakit serta perang yang semuanya merugikan stabilitas kekaisaran.
"Bagi saya, hipotesis mengenai hujan dan pembunuhan menambahkan kompleksitas dan pemahaman kita mengenai sejarah politik kekaisaran Romawi, terutama pada abad ketiga," kata Conant.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.