KOMPAS.com - Sebuah laporan penelitian terbaru mengungkapkan prediksi tak terduga tentang keadaan China 50 tahun mendatang.
Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications, para peneliti merinci pengaruh perubahan iklim di wilayah utara China, tempat kota besar Beijing dan Tianjin berada.
Menurut laporan tersebut, wilayah tersebut akan menghangat dengan cepat.
Padahal, kota-kota besar di daerah tersebut merupakan salah satu tempat paling padat penduduk di Bumi.
"Tempat ini akan menjadi tempat terpanas untuk gelombang panas yang mematikan di masa depan, terutama di bawah pengaruh perubahan iklim," ungkap Profesor Elfatih Eltahir, pemimpin penelitian ini dikutip dari News.com.au, Kamis (02/08/2018).
Kelembapan Turut Berperan
Dari data prediksi dalam temuan tersebut, gelombang panas ini akan menjadi yang terburuk di Bumi.
Bahkan, meski di tempat teduh, panas dan tingginya kelembapan pada 2070 bisa membunuh manusia hanya dalam waktu 6 jam.
Dengan kata lain, masalah yang dihadapi bukan hanya panas tapi tingginya kelembapan udara di wilayah itu.
Para peneliti menyebut fenomena itu sebagai suhu "bola basah".
Artinya, kemampuan tubuh manusia menahan gelombang panas itu bergantung pada kemampuannya berkeringat. Keringat ini berfungsi sebagai cara mendinginkan kulit melalui penguapan.
Padahal diperkirakan nantinya kelembapan udara di China 50 tahun mendatang cukup tinggi. Kelembapan ekstrem ini berarti tidak ada ruang untuk keringat keluar.
Ini kemungkinan membuat tubuh manusia memanas.
Baca juga: Bukti Baru, Gelombang Panas Bikin Otak Susah Berpikir
Bahkan orang dewasa yang sehat akan sulit bertahan hidup di luar ruangan di "bola basah" 35 derajat Celcius selama lebih dari enam jam.
Keringat Tidak Membantu