Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Lombok: Seberapa Besar Potensi Bencana di Indonesia?

Kompas.com - 07/08/2018, 11:33 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

Gempa di Lombok beberapa hari yang lalu telah menyebabkan banyak korban meninggal, di samping ribuan orang harus mengungsi.

Sementara gempa Aceh 2004 yang berkekuatan 9,3 pada skala Richter, menyebabkan 180 ribu orang meninggal dengan kerugian Rp 45 triliun.

Jadi apakah kerugian, termasuk kerugian material seperti rumah, jalan, jembatan, dan sebagainya akan terus terjadi mengingat tingginya potensi terjadinya gempa di Indonesia?

"Masyarakat kita akan terus menjadi korban setiap terjadinya gempa karena kita juga tidak melihat langkah-langkah konkret yang benar-benar, semacam juklak bagaimana membangun bangunan tahan gempa itu diedukasikan secara masif sehingga masyarakat kita benar-benar memahami dan kemudian mindset itu berubah," kata Dr Daryono.

Baca juga: Bagaimana Pengaruh Gempa Lombok terhadap Gunung Api di Sekitarnya?

Sementara penduduk dan bangunan di Jawa dan Sumatra juga lebih padat dibandingkan di bagian timur Indonesia.

Ini menyebabkan kemungkinan risiko korban dan kerusakan yang lebih besar.

"Kalau kita lihat dari potensi hazard-nya, bahayanya, Indonesia timur itu dua kali lipat potensinya dibandingkan dengan wilayah barat, tetapi yang nama risiko itu kan juga mempertimbangkan keberadaan populasi dan infrasturktur," tutur Danny.

"Untuk saat ini infrastruktur dan populasi kebanyakan di Jawa dan Sumatra, daerah Papua dan Maluku kan masih sedikit," imbuhnya.

Melek Mitigasi

Mengingat besarnya potensi dan risiko gempa di Indonesia serta catatan sejarahnya, bukankah langkah pencegahan seharusnya sudah diambil?

Pemerintah mengatakan berbagai cara untuk mengantisipasi bencana alam ini telah dilakukan, termasuk dengan menggunakan teknologi tinggi.

"Sistem monitoring gempa bumi, sistem processing dan diseminasi penyebaran itu sudah sangat bagus," kata Daryono.

"(Dengan teknologi tersebut) dalam waktu kurang dari tiga menit itu sudah bisa mendapatkan informasi parameter gempa, waktu gempa, kekuatan, kedalaman, dan lokasinya. Kita juga bisa mengeluarkan peringatan dini tsunami dengan cepat," tegasnya.

Tahun 2017, Indonesia telah merevisi peta seismic hazard, di mana seluruh wilayah sudah dizonasi dan dikuantifikasi terkait seberapa besar potensi guncangan seismiknya.

"Berdasarkan peta itu seorang ahli sipil bisa mendesain struktur tahan gempa yang cocok untuk seluruh wilayah di Indonesia," ujar Danny.

Baca juga: Dua Gempa Besar dalam Sepekan di Lombok, Ini Penyebabnya Menurut LIPI

"Kalau semua orang dan semua bangunan mengikuti serta mematuhi peraturan yang ada, saya pikir nggak ada masalah kapan ada gempa terjadi karena yang paling berbahaya waktu gempa itu bukan gempanya tetapi bangunan yang roboh," Danny menegaskan.

Jadi mengapa masyarakat tetap menjadi korban setiap terjadi gempa?

"Masih jauh urusan awareness, urusan pemahaman. Mereka belum siap. Kenapa mereka belum siap? Mereka tidak tahu informasinya. Sangat sedikit masyarakat dari kami yang tahu. Tahu tentang itu wilayah gempa atau tahu disitu ada ancaman gempa, itu sangat sedikit," kata Hening Parlan dari Lembaga Lingkungan Hidup dan Bencana, Aisyiyah.

"Mereka juga tidak tahu bagaimana cara untuk menanggulangi kalau itu terjadi," sambung perempuan yang telah mengamati topik keberdayaan masyarakat dalam mengatasi bencana alam, seperti gempa selama 20 tahun terakhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau