KOMPAS.com - HIV hingga saat ini masih merupakan penyakit yang belum dapat disembuhkan. Untuk itu, para ilmuwan terus bekerja untuk mencari pencegahannya.
Kali ini, para ilmuwan dari AS, Inggris, dan Spanyol menemukan bahwa beras bisa digunakan untuk mencegah HIV.
Tentu bukan beras biasa, melainkan yang sudah direkayasa genetikanya. Hal ini mereka ungkapkan dalam laporan yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences.
Dalam laporan tersebut, mereka menjelaskan teknik yang digunakan untuk memodifikasi strain genetika beras untuk menghasilkan protein penetralisir HIV.
Langsung jadi Obat
Dilansir dari Phys.org, Selasa (31/07/2018), setelah tumbuh, benih beras dapat diproses secara langsung untuk membuat krim topikal.
Artinya, krim ini tidak memerlukan langkah-langkah pemrosesan atau pemurnian lebih lanjut.
Krim inilah yang kemudian diterapkan pada kulit dan memungkinkan protein di dalamnya masuk ke tubuh.
Sebagai informasi, beras yang dikembangkan ini menghasilkan satu jenis antibodi dan dua jenis protein yang mengikat langsung ke virus HIV.
Senyawa-senyawa tersebut mencegah virus itu berinteraksi sengan sel manusia, yang merupakan langkah pertama infeksi.
"Temuan novel penting dari pekerjaan kami adalah bahwa protein benih padi endogen meningkatkan secara substansial efektivitas dari tiga senyawa mikrobisida," ungkap Paul Christou, pemimpin penelitian ini dikutip dari Labiotech.eu, Senin (30/07/2018).
Baca juga: Vaksin HIV Terbaru Diujicobakan Pada Manusia
Murah
Selain meningkatkan aktivitas protein anti-HIV, benih padi menyediakan platform yang lebih sederhana jika dibandingkan dengan metode konvensional.
Biasanya, protein pencegah HIV diproduksi di fermentor menggunakan sel mikroba atau mamalia yang memerlukan biaya mahal.
"Protein farmasi yang diproduksi oleh pabrik dapat ditingkatkan dengan sangat mudah dan murah tanpa memerlukan fasilitas fermentor yang mahal, cukup dengan menanam sebanyak mungkin tanaman untuk mencapai target produksi tertentu," kata Christou.
Untuk Negara Berkembang
Dirangkum dari Newsweek, Selasa (31/07/2018), beras juga merupakan pilihan yang baik bagi masyarakat di negara berkembang. Itu karena kebanyakan negara-negara tersebut biasa menanam padi.
Hal ini memudahkan penduduk di negara berkembang untuk mendapatkan obat ini. Mereka tidak perlu lagi melakukan perjalanan ke rumah sakit yang jauh untuk mendapatkan obat yang diproduksi di negara lain.
Sebagai informasi, data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut pada akhir 2017, sekitar 37 juta orang hidup dengan HIV di seluruh dunia.
Afrika menyumbang hampir dua pertiga dari jumlah total tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.