Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Kadang Ada Sensasi Getaran Setelah Kita Kencing?

Kompas.com - 31/07/2018, 18:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Pernahkah Anda melihat bayi yang sedang buang air kecil? Jika Anda perhatikan, kadang bayi yang sedang buang air kecil membuat ekspresi seperti bergidik.

Fenomena bergidik atau menggigil saat kencing tidak hanya berhenti saat bayi saja. Hingga dewasa hal ini juga kerap terjadi.

Namun, apa penyebab fenomena aneh ini?

Tidak ada yang benar-benar tahu sebabnya. Apalagi, tidak ada penelitian peer-review yang menjelaskan fondasi biologis yang tepat dari hal ini.

Namun, dari pengetahuan para ilmuwan tentang kandung kemih dan hubungannya dengan sistem saraf mungkin bisa menjelaskannya.

Para ilmuwan menjelaskannya dengan dua ide utama.

Penurunan Suhu

Pertama, hal ini disebabkan sensasi penurunan suhu ketika kencing hangat keluar dari tubuh.

Alasan ini cukup masuk akal karena tubuh manusia biasanya menggigil akibat merasakan dingin yang mendadak.

Menyangkut buang air kecil, kita membuka bagian bawah tubuh untuk mengeluarkan air kencing yang hangat dari tubuh. Itu menciptakan ketidakseimbangan suhu internal tubuh (suhu dingin) yang memicu menggigil yang tak terkendali.

Sayangnya, tidak semua ilmuwan setuju dengan alasan ini. Salah satunya adalah Dr Simon Fulford, ahli urologi di Rumah Sakit James Cook University, Inggris.

Sistem Saraf

Dia lebih cenderung menyetujui alasan kedua, yaitu kebingungan antara sinyal dan sistem saraf otonom (ANS).

Baca juga: Jangan Terkecoh, Tak Setiap Buang Air Besar dengan Darah Berarti Wasir

Fulford menjelaskan, proses buang air kecil diawasi oleh ANS, pusat kendali otak yang mengatur fungsi tubuh otomatis seperti suhu dan detak jantung.

Tetapi, buang air kecil tidak sepenuhnya otomatis karena kita memiliki kontrol sukarela ketika buang air kecil. Sebelum kencing diatur oleh ANS, ia harus melewati sistem saraf parasimpatik (PNS) dan sistem saraf simpatetik (SNS).

Ketika kandung kemih penuh, reseptor peregangan kecil di dinding ototnya mendeteksi gerakannya. Ini kemudian mengaktifkan satu set saraf di sumsum tulang belakang yang disebut saraf sakral.

Selanjutnya, PNS masuk untuk membuat otot kandung kemih berkontrasksi dan mempersiapkannya mendorong urine keluar dari tubuh,

Proses otonom ini bekerja seperti sakelar yang menekan reflek saraf instruktif ketika kandung kemih masih terisi.

Hal yang aneh dari pengaturan ini adalah urine yang meninggalkan tubuh membuat tekanan darah menurun.

"Tampaknya ada bukti yang baik bahwa tekanan darah akan naik sedikit ketika kandung kemih penuh. Tekanan darah ini akan turun saat berkemih atau sesaat setelahnya," kata Fulford dikutip dari Live Science, Sabtu (28/07/2018).

Tekanan darah yang mendadak turun ini memicu sistem saraf simpatetik memberi respons melawan atau lari dari tubuh.

Untuk diketahui, SNS mengatur banyak faktor, termasuk tekanan darah, sebagai bagian dari reaksi ini. Ketika SNS mendeteksi tekanan darah rendah, ia melepaskan serangkaian neurotransmiter yang disebut katekolamin.

Neurotransmitter ini memiliki fungsi secara hati-hati mengembalikan tekanan darah ke keseimbangan sebelumnya di seluruh tubuh.

Ketika berhubungan dengan buang air kecil, mungkin gelombang katekolamin inilah yang menimbulkan sensasi gemetar atau bergidik.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Kita Menahan Buang Air Kecil?

Fulford mengatakan fenomena serupa yang disebut dysreflexia otonom kadang terjadi pada pasien dengan cedera tulang belakang.

Hal ini terjadi ketika stimulus, seperti kandung kemih penuh, terjadi di bawah tempat cedera tulang belakang.

"(Hal itu menghasilkan), dalam respon sistem saraf otonom berlebihan yang menyebabkan tekanan darah naik dengan cepat, denyut nadi turun dan pasien menyiram dan keringat," jelas Fulford.

Reaksi tidak konsisten ini menggemakan getaran aneh yang kita dapatkan ketika kita kencing.

Petunjuk lainnya adalah fenomena ini lebih sering dialami oleh laki-laki dibanding perempuan.

Itu kemungkinan disebabkan karena pria biasanya berdiri ketika kencing yang mengintensifkan penurunan tekanan darah melalui getaran tersebut.

Meski begitu, keanehan ini tidak perlu mendapat perhatian berlebihan.

"Belum ada penelitian substansial mengenai hal ini, tapi itu adalah fungsi tubuh yang normal dan tidak perlu dikhawatirkan," kata Dr Grant Stewart, ahli bedah urologi di Cambridge University, Inggris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com