Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal dari Makan Sumsum Tulang, Tangan Manusia Berevolusi

Kompas.com - 18/07/2018, 17:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dari semua spesies di kingdom animalia, manusia telah berevolusi di bagian tangan dengan sangat luar biasa. Evolusi ini memungkinkan manusia melakukan sesuatu yang berbeda daripada sepupu kita di keluarga primata yang lain.

Dibandingkan dengan tangan primata, manusia memiliki jempol yang lebih panjang dan lebih berotot, jari lebih pendek, dan pergelangan tangan lebih lentur.

Selain itu, tangan manusia juga memiliki permukaan tulang sendi lebih besar serta fitur terkait dengan telapak tangan yang lebih stabil.

Kekuatan genggaman kita mungkin lebih rendah dari kera dan simpanse, tetapi ketangkasan kita melampaui mereka.

Dirangkum dari Science Daily, Rabu (11/07/2018), hal ini menurut para peneliti merupakan hasil dari penggunaan alat, senjata ,serta benda yang berkontribusi pada evolusi tangan manusia.

Baca juga: Studi Ungkap Arti Variasi Bentuk Puting Perempuan bagi Evolusi Manusia

Namun, kini antropolog dari University of Kent, Inggris berpikir jika evolusi tangan manusia tidak hanya terpengaruh pada hal di atas.

Mereka menemukan jika ada aktivitas manusia yang terabaikan namun berpengaruh pada bentuk tangan kita sekarang kini.

Aktivitas yang termasuk didalamnya adalah membuka tulang-tulang untuk mendapatkan sumsum, yang kaya lemak dan padat kalori di dalamnya, meremukkan kacang, memotong daging yang semuanya dilakukan oleh manusia purba.

"Perilaku ini semuanya melibatkan materi yang berbeda, tujuan akhir yang berbeda, dan pola kekuatan serta gerakan yang berbeda untuk lengan bagian atas," tulis peneliti dalam makalah mereka dikutip dari Science Alert, Kamis (12/07/2018).

"Oleh karena itu, tidak mungkin bahwa setiap perilaku memberikan pengaruh yang sama pada evolusi tangan manusia modern," tegas mereka.

Sebaliknya, menurut para peneliti, tekanan selektif pada tangan serta jumlah waktu yang dihabiskan untuk melakukan kegiatan tersebut mungkin akan berpengaruh pada tangan manusia.

Untuk lebih memahami aktivitas yang berbeda terhadap evolusi tangan manusia serta mencari tahu kontribusi spesifik dari kegiatan manusia purba ini, peneliti kemudian menggunakan sistem sensor tekanan manual yang disebut Pliance.

Alat tersebut digunakan pada jari-jari seperti sarung tangan, sensor kemudian menentukan jumlah tekanan pada masing-masing pemakainya.

Kemudian 39 orang relawan dicatat ketika melakukan berbagai pekerjaan menggunakan alat tersebut.

Pekerjaan yang dimaksud antara lain memecah kacang, memukul tulang dengan palu batu, memahat batu untuk menghasilkan serpihan.

Baca juga: Jangan Diremehkan, Alis adalah Langkah Penting dalam Evolusi Manusia

Mereka menemukan jika memecah kacang umumnya membutuhkan tekanan terendah. Ini berbanding terbalik dengan aktivitas mengambil sumsum dari tulang, yang membutuhkan tekanan terbesar.

Hal tersebut menunjukkan bahwa memecahkan kacang mungkin tidak cukup tinggi untuk menimbulkan perubahan dalam pembentukan tangan manusia.

Artinya, ini mungkin juga menjelaskan mengapa primata lain yang ahli membuka kacang tidak memiliki tangan seperti manusia.

Sebaliknya, memecah batu dan mengambil sumsum mungkin merupakan kunci pada perubahan anatomi tangan manusia. Hal ini karena tekanan tinggi yang ditimbulkan di tangan.

Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa makan sumsum mungkin juga memainkan peran dalam evolusi tangan dan ketangkasan manusia.

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam Journal of Human Evolution.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau