KOMPAS.com - Semua orang nampaknya sepakat jika keberadaan hutan mendukung kehidupan di planet ini. Sayang, jumlahnya tiap tahun makin menurun.
Seperti laporan terbaru yang dirilis Global Forest Watch Resources Institute yang berbasis di Amerika Serikat akhir Juni lalu.
Data yang mereka kumpulkan mengungkapkan jika tahun 2017 merupakan tahun terburuk kedua dalam catatan kehilangan tutupan pohon di daerah tropis.
Kehilangan tutupan pohon tidak sama dengan deforestasi. Tutupan hutan dapat mengacu pada pepohonan di perkebunan dan juga hutan alami.
Sementara, hilangnya tutupan pohon adalah lenyapnya kanopi pohon karena manusia atau karena sebab alami seperti kebakaran atau badai tropis.
Baca juga: Setiap Tahun, Dunia Kehilangan Hutan Hampir Seluas Pulau Jawa
Dirangkum dari Science Alert, Kamis (28/06/2018), secara keseluruhan, pada tahun 2017, wilayah tropis kehilangan tutupan pohon seluas 15,8 juta hektar atau seukuran negara Bangladesh.
Jika dirinci lagi, jumlah ini setara dengan kehilangan 40 lapangan sepak bola berisi pepohonan setiap menit selama satu tahun. Hal ini menjadi hal yang miris karena terus meningkat selama 17 tahun terakhir.
Dilansir dari situs Global Forest Watch, Rabu (27/06/2018), Kolombia menjadi negara yang kehilangan tutupan pohon paling dramatis dibandingkan dengan negara mana pun.
Negara ini justru mengalami kenaikan kehilangan tutupan pohon hingga 46 persen dibandingkan tahun 2016.
Begitu juga dengan yang terjadi di Brasil. Meski sempat menurun, namun laju kehilangan tutupan pohon di negara ini masih tetap tinggi.
Namun di tengah-tengah berita bernada pesimis tersebut ada kabar yang menggembirakan.
Indonesia justru mengalami penurunan kehilangan tutupan pohon, termasuk penurunan kehilangan tutupan pohon di hutan primer sebesar 60 persen pada tahun 2017.
Meski beberapa provinsi di Sumatra masih mengalami peningkatan kehilangan hutan primer, namun provinsi di Kalimantan dan Papua mengalami penurunan.
Baca juga: Harimau Sumatera, Predator Buas yang Bantu Hutan Tetap Lestari
Berdasarkan Global Forest Watch penuruan tersebut disebabkan oleh moratorium pengeringan lahan gambut yang berlaku sejak tahun 2016.
Jadi, sepanjang tahun 2016 dan 2017 kehilangan hutan primer di kawasan gambut yang dilindungi menurun hingga 88 persen, mencapai level terendah yang pernah dicatat.
Selain itu, ada faktor lain yang berpengaruh. Tahun 2017 merupakan tahun tanpa El Nino, sehingga curah hujan lebih tinggi dan kebakaran jarang terjadi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Terakhir, Global Forest Watch juga menyorot keberhasilan Indonesia untuk melakukan edukasi serta menguatknya penegakan undang-undang perhutanan dan kerja sama polisi yang pada akhirnya membantu mencegah pembakaran hutan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.