KOMPAS.com – Pernahkah Anda bertanya, mengapa otak kita memiliki kerutan-kerutan sehingga menyerupai kacang kenari? Sebetulnya, otak yang berkerut cukup langka. Kebanyakan hewan, seperti tikus, memiliki otak yang mulus.
Lisa Ronan, seorang peneliti di Departemen Psikiatri University of Cambridge, Inggris berkata bahwa bagian yang melipat-lipat pada otak kita adalah korteks atau bagian terluarnya. Bagian yang sering disebut “materi abu-abu” ini mengembang dan melipat ketika otak kita terbentuk di dalam kandungan.
Hal ini karena perkembangan otak menyebabkan tekanan di bagian luar sehingga berlipat.
Pada sisi positifnya, struktur yang berlipat-lipat ini membuat otak kita bisa menyimpan lebih banyak neuron daripada otak yang mulus. Dengan demikian, manusia pun bisa memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi.
Baca juga: Ilmuwan China Rekayasa Otak Monyet untuk Pahami Gangguan Autisme
Seperti yang disebutkan di atas, kebanyakan hewan tidak memiliki otak yang berkerut atau berlipat. Kalau pun ada, biasanya hal ini terjadi pada mamalia yang berukuran besar.
Dilansir dari Live Science, Sabtu (23/6/2018), Ronan mengatakan, tetapi juga tidak selalu demikian – beberapa mamalia besar seperti lembu laut memiliki lebih sedikit lipatan daripada manusia bisa kita membandingkannya berdasarkan ukuran otak.
Menurut Ronan, hal ini karena lipatan pada otak tidak hanya bergantung pada pertumbuhan korteks, tetapi juga sifat korteks itu sendiri. Bagian yang lebih tipis lebih mudah untuk melipat daripada bagian lainnya.
Itulah sebabnya lipatan pada otak manusia mengikuti pola spesifik. Walaupun sekilas tampak berbeda-beda, rupanya lipatan pada otak kita konsisten terjadi pada semua manusia.
Ini berarti, ujar Ronan, setiap lipatan ada artinya dan mengikuti fungsi tertentu.
Ini pula yang menjelaskan mengapa gajah yang memiliki otak lebih besar dan lebih berlipat tidak berada di puncak pohon evolusioner. Dibanding gajah, lipatan pada korteks di otak kita lebih maju.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.