Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fisikawan Ini Ciptakan Teknologi Satelit Pengukur Cadangan Air Dunia

Kompas.com - 25/06/2018, 12:05 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

"Apa yang GRACE ceritakan kepada kami adalah bahwa banyak air tanah yang tidak 'diisi ulang'," kata Profesor Van Dijk.

"Kami sebenarnya tengah menambang air tanah dan jumlah yang sebenarnya cukup mencengangkan," tambahnya.

"Konsekuensi langsungnya adalah tabel air tanah semakin turun dan petani harus memperdalam sumur mereka," tutur profesor Van Dijk.

Air Tawar Menghilang

Di Australia, GRACE telah menunjukkan tingkat air tanah di Murray-Darling Basin. Lokasi ini masih belum pulih sejak kekeringan milenuim terjadi, yang berakhir pada tahun 2011.

Misi itu juga mengungkapkan bahwa air tawar menghilang dari Greenland dan Antartika Barat lebih cepat daripada tempat-tempat lain di Bumi ketika es mencair.

Baca juga: Pertama dalam Sejarah, Kenya Luncurkan Satelit Buatan Dalam Negeri

"GRACE memberi kita angka yang solid tentang berapa banyak es yang menghilang, berapa banyak yang berakhir di lautan dan bagaimana itu mengubah siklus air kita dan sumber daya air kita," ujarnya.

"Kita bisa melihat banyak dampak dari perubahan iklim yang diprediksi lalu, kita bisa melihatnya sekarang," sambungnya.

"Ini sangat bermanfaat dalam hal melihat bagaimana perubahan iklim bergulir," katanya lagi.

Cara kerja GRACE

GRACE mendeteksi perubahan kecil pada gravitasi yang disebabkan oleh massa air yang besar di Bumi. Hal ini kemudian menyebabkan sepasang satelit untuk dipercepat atau melambat.

Alat laser buatan Profesor Shaddock mampu mengukur perubahan kecepatan ini.

"Dalam kasus Laser Ranging Interferometer, kita dapat mengambil perubahan dalam pemisahan pesawat ruang angkasa dengan sepuluh nanometer, itu sepuluh miliar meter - sekitar diameter virus," tuturnya.

Agar perangkat dapat berfungsi, dua sinar laser dari dua satelit terpisah perlu terhubung satu sama lain dari jarak lebih dari dua ratus kilometer.

Masing-masing satelit tersebut bergerak dengan kecepatan ribuan kilometer per jam.

"Setelah tautan laser diperoleh, saya pasti akan beristirahat sedikit lebih mudah - itu benar-benar tantangan terbesar yang dihadapi GRACE," kata Profesor Shaddock.

"Jika itu tidak berhasil, kami tidak akan mendapatkan data apa pun, dan jika itu berhasil, saya jauh lebih yakin bahwa kami akan mendapatkan beberapa informasi yang sangat berharga," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau