Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belut Eropa Terancam Punah karena Tingginya Kadar Obat di Dalam Air

Kompas.com - 21/06/2018, 18:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Masalah lingkungan yang sedang kita hadapi bersama adalah pencemaran air, baik di laut atau sungai. Selain polusi plastik, studi terbaru mengungkap ada kandungan obat terlarang dan metabolitnya.

Dalam laporan yang terbit di jurnal Science of the Total Environment, masalah itu membuat belut di Eropa terancam punah.

Belut Eropa sejak dahulu memiliki siklus yang terus berulang. Belut dewasa akan bermigrasi ke laut untuk berkembang biak dan mati, anak-anaknya kemudian meninggalkan laut ke pedalaman, dan mengulangi siklus.

Namun dalam beberapa dekade terakhir jumlah mereka menurun drastis. Hal ini disebabkan oleh polusi air, penangkapan ikan berlebihan, parasit, perubahan iklum, dan bendungan hidroelektrik. Masalah ini diperburuk dengan air yang terkontaminasi kokain dan metabolitnya.

Baca juga: Fosil 22.000 Tahun Ungkap Kerabat Panda Raksasa yang Sudah Punah

Studi tahun 2009 menemukan kokain di sungai Belgia dan sisa limbah berada dalam konsentrasi antara kurang dari 1 sampai 753 nanogram per liter, dan metabolit benzoylecgonine antara kurang dari 1 hingga  2.258 nanogram per liter. Hal ini juga ditemukan di semua wilayah di seluruh Eropa.

Selain itu, studi tahun 2012 melaporkan belut Eropa tercemar kokain hingga 20 nanogram per liter selama sebulan. Hal ini bisa berefek buruk pada fisiologi belut dan berkontribusi pada penurunan jumlah mereka.

Kini, peneliti dari Universitas Naples Federico II juga menemukan tingkat pencemaran kokain yang tinggi dalam belut dan dampaknya.

Ahli biologi Anna Capaldo dan koleganya membagi 150 belut ke dalam lima kelompok, terdiri dari untreated control, vehicle control, terekspos kokain, dan dua kelompok pemulihan pasca paparan.

Belut itu terpapar 20 nanogram per liter kokain yang dilarutkan di dalam etanol.

Setelah diberikan selama 50 hari, belut menjadi hiperaktif dan mengalami masalah lain.

Tim menemukan akumulasi obat menyebar di kepala, otot, insang, dan jaringan lain yang menyebabkan pembengkakan dan kerusakan jaringan otot. Kondisi ini mirip rhabdomyolysis, kondisi serius di mana jaringan otot cepat rusak.

Baca juga: Robot Belut Disiapkan untuk Eksplorasi Bawah Laut, Apa Kelebihannya?

Hal ini dipastikan dapat mengganggu kemampuan belut melakukan perjalanan panjang sejauh 6.000 kilometer ke laut untuk bereproduksi.

"Hasil kami menunjukkan, kokain yang ada di lingkungan berkontribusi pada penurunan jumlah belut," kata peneliti dalam laporan mereka, seperti dilansir Science Alert, Kamis (21/6/2018).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com