KOMPAS.com - Gunung Everest mungkin akan segera punya julukan baru. Bukan hanya sebagai gunung tertinggi di dunia, tapi juga tempat pembuangan sampah tertinggi di muka Bumi ini.
Sejak penjelajah Sir Edmund Hillary mencapai puncak Everest (8.848 meter) pada tahun 1953, ribuan pendaki tertantang mengikuti jejaknya untuk menaklukan gunung tersebut.
Para pendaki yang dikenal juga sebagai pecinta alam rupanya tak bertanggung jawab saat menaklukkan gunung Everest.
Dalam beberapa dekade terakhir, banyak jejak para pecinta alam yang menghiasi jalur pendakian dan sengaja ditinggalkan. Mulai dari tenda, peralatan pendakian yang rusak, tabung gas kosong, sampah, dan banyak kotoran manusia tersebar di mana-mana.
Baca juga: Pendaki Dengar Suara Misterius di Gunung Everest, dari Mana Asalnya?
"Ini menjijikkan dan merusak pemandangan. Gunung menjadi penuh dengan sampah," kata Pemba Dorje, salah satu orang Sherpa, suku yang tinggal di pegunungan Himalaya, kepada AFP via Science Alert, Senin (18/6/2018).
Baik Tibet dan Nepal, sebenarnya telah menerapkan sistem yang dapat mendorong pendaki membawa pulang sampah-sampah mereka.
Tibet mendenda Rp 1.415.380 untuk setiap kilogram yang ditinggalkan pendaki.
Sementara Nepal akan memberi sekitar Rp 56 juta untuk satu tim bila setiap anggota membawa turun delapan kilogram sampah.
Sayangnya, sistem ini tidak dipedulikan oleh sebagian besar pendaki. Banyak pendaki kaya yang merasa telah merogoh dana hingga Rp 1,4 miliar, sehingga membuat mereka tidak peduli dengan tawaran yang diberikan.
Alhasil, hanya sedikit sampah yang dibawa turun para pendaki dan sebagian besar menumpuk di sepanjang jalur pendakian.
Baca juga: Laut Dunia Darurat Sampah Plastik, Indonesia Turut Menyumbang
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.