Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Invasi Kodok Beracun Ancam Kehidupan Predator di Madagaskar

Kompas.com - 11/06/2018, 12:27 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Kodok Asia (Duttaphrynus melanostictus) tergolong spesies baru di tanah surga, pulau Madagaskar. Sejak muncul antara tahun 2007 sampai 2010, ia menjadi terkenal karena lendirnya yang sangat beracun.

Dalam penelitian sebelumnya, para ahli memprediksi beberapa spesies tetap aman dengan invasi kodok karena mereka dapat mengembangkan mutasi genetik untuk berlindung dari racun.

Setelah dilakukan penelitian dan hasilnya diterbitkan dalam jurnal Cell Biology, Senin (4/6/2018) dipastikan racun kodok Asia sangat berbahaya, jauh lebih buruk dari perkiraan sebelumnya.

Baca juga: Berharga Ratusan Miliar, Ini 3 Keistimewaan Racun Kalajengking

Ahli menjelaskan, saat terjadi invasi spesies secara mendadak - seperti kodok Asia - predator yang tidak pernah menghadapi penyerang beracun sangat rentan terhadap kematian.

Hal ini terbukti setelah ahli mengumpukan data dari 77 spesies Madagaskar yang kemungkinan memakan hama beracun, termasuk 28 burung, 27 ular, 12 kodok, delapan mamalia, dan dua kadal.

Menurut catatan sebuah penelitian, setiap spesies tidak melakukan mutasi genetik yang berkaitan dengan resistensi racun kodok, kecuali hewan pengerat.

Ini artinya invasi kodok beracun adalah bom waktu untuk keanekaragaman hayati di Madagaskar.

Ahli memprediksi, Madagaskar di masa depan sangat mungkin bernasib sama dengan Australia yang tiba-tiba memiliki invasi amfibi beracun, katak tebu.

Pada 1930-an katak tebu sengaja dilepaskan ke perkebunan untuk mengendalikan hama kumbang tebu. Sayangnya, fauna asli di sana ikut memakannya dan menghancurkan spesiesnya.

"Berkat racun katak tebu banyak ekosistem yang kehilangan predator utama dalam jaring makanan," ujar Wolfgang Wüster, herpetologis dan dosen senior di bidang zoologi di Bangor University, Inggris, dilansir Live Science Rabu (6/6/2018).

"Efek serupa kemungkinan besar bisa terjadi di Madagaskar, di mana kodok yang tidak pernah ada sebelumnya tiba-tiba muncul dan membuat predator tidak cepat berevolusi (genetik), sehingga membuat jumlahnya berkuran dan mungkin akan punah," ujarnya.

Baca juga: Masih Bisa Melompat-lompat, Kodok Tanpa Wajah Bingungkan Para Peneliti

Seperti kita ketahui, tanah surgawi yang terpisah dari daratan Afrika itu menyimpan berbagai makhluk hidup yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia.

Mulai dari 106 spesies lemur yang kebanyakan sangat langka dan terancam punah, ratusan spesies kodok endemik, dan ratusan tumbuhan unik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com