Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Alasan Mengumpat Bisa Jadi Baik Bagi Kita

Kompas.com - 08/06/2018, 20:33 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mengumpat atau dalam bahasa Jawa disebut "misuh" dianggap sebagai perilaku yang tidak sopan dan kasar. Namun, para ahli melihat perilaku mengumpat juga memiliki dampak positif bagi kita.

Para ahli bahasa, psikolog dan ahli kecerdasan menemukan bahwa perilaku mengumpat ternyata menggambarkan kekayaan kosakata yang kita miliki. Semakin fasih mengumpat, semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki. 

Dilansir dari Mental Floss, Rabu (6/6/2018), berikut adalah 6 alasan penting menurut para ahli yang menjelaskan mengapa mengumpat baik bagi kita.

Mengumpat menjadi penetral emosi

Saat Anda mengucapkan kata-kata kotor saat marah atau bersedih, mungkin Anda sedang mengalami proses katarsis atau pelepasan dari ketegangan emosi. Anda memberi ruang untuk mengekspresikan emosi kita dan melampiaskannya melalui kata-kata.

Menurut seorang psikolog terkemuka, Timothy Jay, umpatan merupakan bentuk komunikasi yang tidak bisa dilakukan oleh kata-kata lainnya.

"Mengumpat juga mengomunikasikan perasaan kita dengan sangat efektif, hampir secara langsung, sedangkan kata-kata lain tidak bisa melakukan itu," kata Jay kepada TIME.

Mengumpat mengurangi rasa sakit

Dalam serangkaian uji coba, seorang psikolog bernama Richard Stephens dan rekannya, meneliti apakah ada hubungan antara mengumpat dengan rasa sakit.

Caranya, para peserta diminta mencelupkan tangan mereka ke dalam air dingin dan saat melakukan hal itu, mereka diminta untuk mengulangi kata umpatan atau kata-kata yang netral.

Hasilnya, peserta yang mengumpat ternyata lebih tahan pada rasa dingin dan bisa menahan rasa sakit lebih lama.

Namun, penelitian yang terbit di The Journal of Pain juga mengingatkan bahwa manfaat ini hanya bisa didaptkan bila mengumpat dilakukan dengan frekuensi yang tepat, tidak terlalu sering dan tidak terlalu jarang.

Baca Juga: Konsumsi Parasetamol dan Ibuprofen Ternyata Pengaruhi Emosi

Mengumpat akan menyentuh sisi "liar" kita

Salah satu perilaku mamalia yang mirip dengan manusia adalah menjerit saat terluka atau frustrasi. Hal ini diakibatkan oleh terpicunya "sirkuit amarah".

Dalam bukunya yang berjudul The Stuff of Thought, Steven Pinker menunjukkan bahwa naluri mengumpat terjadi ketika ada "singgungan di sensor kemarahan pada mamalia".

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau