Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/05/2018, 12:51 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Saat manusia berjemur di bawah terik matahari atau hanya berjalan-jalan di siang bolong, tentu akan meninggalkan bekas kemerahan di kulit. Sinar matahari juga mengandung radiasi sinar ultraviolet (UV) yang berbahaya untuk kulit.

Kalau Anda mengira hanya manusia yang bisa terbakar sinar matahari, buang jauh-jauh anggapan itu. Selain kita, hewan sebenarnya juga bisa terbakar sengatan matahari.

Bedanya, kulit hewan tidak berubah merah seperti manusia. Berikut cara hewan untuk melindungi diri dari sengatan matahari, seperti dirangkum Live Science, minggu (27/5/2018).

Baca juga: Tak Hanya Pada Manusia, Dinosaurus Juga Berketombe

1. Rambut, bulu, dan sisik

Menurut Karina Acevedo-Whitehouse, ahli epidemiologi molekuler dari Autonomous University of Querotaro, Meksiko, hewan memiliki mekanisme yang dapat menghalangi sengatan matahari ke kulit secara langsung.

Beberapa mekanisme itu antara lain rambut, bulu, bulu domba, surai, juga sisik.

Namun, mekanisme yang lahir dari adaptasi alami itu berubah saat manusia mengubah gen hewan agar memiliki sedikit bulu atau pelindung kulit.

Misalnya saja babi ternak yang hampir tidak punya bulu memiliki kulit yang lebih sensitif dari sepupu babinya yang tinggal di hutan.

2. Kulit tebal

Acevedo-Whitehouse juga menjelaskan, beberapa hewan yang lahir tanpa bulu seperti badak dan gajah memiliki metode perlindungan lain, yakni kulit yang lebih tebal.

Tak heran, hewan-hewan berkulit tebal ini suka memakai "tabir surya" ke seluruh tubuh dengan berendam di lumpur. Saat kondisi ekstrem, sebagian besar hewan ini lebih memilih untuk berteduh atau berlindung di lubang.

"Semua itu membantu hewan untuk bertahan dari sengatan matahari, dan akhirnya tidak ada dari kita yang melihat gajah merah atau ikan merah," kata Acevedo-Whitehouse kepada Live Science.

3. Senyawa gadusol

Sementara itu, Taifo Mahmud, ahli biologi molekuler Universitas Oregon, AS, mengatakan beberapa spesies ada yang bisa memproduksi tabir surya dari sel mereka sendiri.

Hewan seperti ikan, burung, reptil, dan amfibi mampu menghasilkan senyawa yang disebut gadusol. Senyawa ini mampu memberi perlindungan terhadap sinar ultraviolet (UV) matahari.

"Kebanyakan vertebrata, kecuali mamalia, memiliki gen yang bertanggung jawab memproduksi gadusol," ujar Mahmud kepada Live Science.

Sejauh ini, hanya ikan zebra yang benar-benar terbukti menggunakan gadusol sebagai pelindung matahari.

Namun, pihaknya belum dapat mengetahui mengapa manusia dan makhluk mamalia lain tidak dapat menghasilkan gadusol. Mahmud menduga, bulu dan kulit tebal adalah hasil dari evolusi.

4. Cara unik dari Kuda Nil dan Jerapah

Meski tidak memiliki kulit tebal, bulu yang menutup kulit, atau gadusol, beberapa hewan memiliki mekanisme perlindungan lain yang tak kalah canggih.

Salah satunya kuda nil yang dapat mengeluarkan cairan berwarna merah menyerupai darah dari pori-pori mereka.

Dalam laporan yang terbit di jurnal Nature pada 2004, ilmuwan Jepang menemukan cairan berwarna merah itu berfungsi untuk melindungi kulit kuda nil dari sinar UV.

Beberapa hewan lain fokus melindungi bagian tertentu yang lebih sering terpapar matahari.

Contohnya jerapah yang bisa menghasilkan melanin untuk mengubah warna lidahnya menjadi lebih gelap untuk berlindung dari sinar UV. Ini karena lidah jerapah lebih banyak terkena sengatan matahari saat makan daun dari pohon.

Baca juga: Bagai Pesulap, Paus Bungkuk Tertangkap Buat Pelangi

5. Mekanisme khusus pada mamalia laut

Mamalia laut seperti paus, lumba-lumba, dan hiu tidak memiliki buku ataupun sisik.

Acevedo-Whitehouse yang telah mempelajari sengatan matahari pada paus selama lebih dari lima tahun mengatakan ada tanda-tanda bekas terbakar matahari dalam sampel kulit yang diambil dari punggung paus biru, paus sperma, dan paus sirip saat sedang bermigrasi.

Meski begitu, mereka memiliki mekanisme unik untuk bertahan dari sengatan matahari dan mampu memperbaiki kerusakan dengan cepat.

Dalam laporan yang terbit dalam jurnal Scientific Reports, 2013, beberapa paus mampu menghasilkan pigmen untuk menggelapkan kulit dan mamalia laut lain memiliki gen yang memicu respons pelindung di kulit.

Acevedo-Whitehouse bahkan menemukan ada paus yang mengembangkan lapisan keratin untuk melindungi bagian kulit halus yang ada di bawah kulit.

"Kami senang tidak menemukan kanker kulit pada paus," ujar Acevedo-Whitehouse.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau