Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warga Australia Temukan Supernova Hanya dari Menonton Televisi

Kompas.com - 24/05/2018, 18:07 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Lembaga penyiaran publik Australia Broadcasting Corporation (ABC) menanyangkan program 'Stargazing Live'. Lewat acara ini ABC mengajak warga Australia untuk melihat keindahan bintang dan benda-benda luar angkasa lainnya.

Lewat siaran langsung di ABC TV, penonton telah menemukan setidaknya satu supernova baru. Supernova adalah bintang yang meledak.

Salah satu tujuan dari program ini adalah sebagai bagian upaya dari 'citizen science', yang sudah mulai diluncurkan sejak Selasa malam (22/05/2018).

Ribuan 'citizen scientist' memberikan lebih dari 1 juta data baru dalam hitungan jam, membantu mengklasifikasikan 18.000 gambar dari teleskop Skymapper di observatorium Siding Spring di negara bagian New South Wales.

Empat dari peserta mengidentifikasi adanya kilatan cahaya yang dipancarkan dari galaksi yang jauhnya 1,1 miliar tahun cahaya.

Kemudian pada Rabu pagi (23/05/2018), Teleskop Anglo-Australia di Siding Spring melihat kembali galaksi tersebut dan menangkap sebagian dari sisa ledakan itu.

Pengamatan itu yang memastikan para astronom bahwa ledakan tersebut merupakan supernova tipe Ia.

Salah satu dari empat penemu supernova ini adalah Pip Newling dari Sydney. Dia mengaku "sangat tertarik" untuk menjadi bagian dari proyek yang maju sangat pesat.

"Harus diakui, mungkin ini adalah usaha bersama. Saya dan pacar saya tak ingat siapa pastinya, kami berbagi tugas. Tapi aku menerima emailnya!" ujar Newling.

Baca juga: Astronom: Supernova Mungkin Betanggung Jawab Atas Kepunahan Masal

Penemuan ini hanyalah yang pertama dari proyek Pengamatan Supernova, yang dilakukan tim Skymapper di Australian National University dengan digelar oleh zooniverse.org.

"1,1 miliar tahun cahaya (lokasi ledakan bintang) artinya persis seperti itu," kata Brian Cox pembawa acara Stargazing Live.

"Ketika bintang itu meledak, tidak ada makhluk hidup di luar lautan di Bumi."

"Cahaya hampir ada ketika manusia berevolusi dan tiba di sini ketika kita mulai melakukan astronomi."

"Kemudian kita menemukan televisi, dan akhirnya membuat acara televisi ... hingga pemirsa ABC melihatnya semalam."

"Kalau itu terjadi seminggu kemudian, kita tidak akan pernah melihatnya."

Mengukur Alam Semesta

Dalam waktu kurang dari satu hari, ribuan peserta bergabung dan masing-masing mengklasifikasikan rata-rata lebih dari 200 gambar.

Artinya gambar yang tersedia dari teleskop Skymapper di Siding Spring diamati rata-rata 60 kali oleh banyak orang.

Lebih banyak gambar yang ditambahkan ke proyek Kamis malam (24/05/2018), baik dari Skymapper dan teleskop Pan-STARRS di Hawaii.

"Sangat menyenangkan kita telah menemukan supernova pertama kami," kata Profesor Chris Lintott dari Universitas Oxford, peneliti utama di zooniverse.org.

"Siapa tahu ada lagi di luar sana, bersembunyi dalam data."

Semua perserta memiliki kesempatan nama mereka dicatat dalam rekor ilmiah tersebut.

"Kami mengakui para 'citizen scientist', dengan mendaftarkan tiga orang pertama penemu supernova yang belum diketahui sebelumnya saat kami laporkan ke International Astronomical Union," kata Dr Anais Moller dari ANU Research of Astronomy and Astrophysics di Canberra.

Khususnya ledakan bintang yang kini tercatat sebagai "AT2018BWQ", tampaknya menjadi supernova tipe Ia.

Baca juga: Jelang Akhir Hidupnya, Teleskop Kepler Tangkap Supernova Langka

Ketika bintang mati mereka dapat meledak dalam berbagai cara. Supernova Ia sangat berharga bagi para astronom karena sangat konsisten.

Bintang tersebut selalu meledak dengan kecerahan yang sama, sehingga mudah untuk menyimpulkan seberapa jauh mereka.

Hal ini menjadi sangat berharga untuk menghitung beberapa sifat dasar kosmos, seperti ukurannya, umurnya dan seberapa cepat ia mengembang.

Konsekuensinya...

Sebagai konsekuensinya, proyek Pengamatan Supernova harus dapat membuat perkiraan dalam beberapa hari ke depan, terutama jika ada beberapa jenis ledakan Ia yang terungkap lagi.

"Ada kesamaan dalam hal ini, seperti pada sains secara keseluruhan, setiap pengukuran individu ... menambah keakuratan pengukuran," kata Profesor Lintott.

Mengingat kosmos berusia sekitar 14 miliar tahun, penemuan ini bukan menjadi koreksi usia yang sesungguhnya dan tentu saja dapat ditulis ulang setiap kali beberapa supernova jenis Ia mencetak rekor baru.

Tetapi tidak setiap hari ada acara TV, dengan sedikit bantuan dari para pemirsanya, membuat perhitungan seperti itu, Karenanya tim 'Stargazing Live' sangat bersemangat.

"Sepertinya kita bisa membuat perkiraan independen tentang umur alam semesta," kata Profesor Cox.

"Itu luar biasa."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com