Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abu Vulkanik Ancam Kesehatan Paru-paru, Bagaimana Cegah Dampaknya?

Kompas.com - 11/05/2018, 17:40 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Abu vulkanik yang tersebar di udara usai erupsi gunung berapi menyimpan kandungan berbahaya bagi kesehatan manusia, salah satunya menyebabkan penyakit paru yang fatal.

Gas yang dikeluarkan saat erupsi gunung berapi antara lain karbonmonoksida (CO), karbondioksida (CO2), hidrogen sulfide (H2S), sulfurdioksida (S02), dan nitrogen (NO2). Semua zat tersebut diketahui berbahaya bagi manusia.

Sementara itu, abu vulkanik mengandung mineral kuarsa, krsitobalit atau tridimit. Zat ini adalah kristal silika bebas atau silikon dioksida (SiO2) yang bisa menyebabkan silikosis atau penyakit paru yang fatal.

Menurut Dr. Erlang Samoedro Sp.P FISR, seorang ahli paru dan sebagai Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, mengatakan, penyakit silikosis sering terjadi pada pekerja tambang.

"Para pekerja tambang bekerja di wilayah dengan udara yang mengandung silika berkonsentrasi tinggi dalam jangka waktu lama. Abu silikosis ini sangat halus dan menyerupai pecahan kaca," katanya kepada Kompas.com pada hari Jumat (11/5/2018).

Baca Juga: Kenapa Gunung Agung Tak Seaktif Merapi?

Abu vulkanik setelah erupsi Merapi Jumat, (11/5/2018) juga mengandung kandungan SiO2. 

Secara umum, Erlang menjelaskan gejala yang harus diwaspadai apabila berada di wilayah dengan tingkat abu silikosis tinggi, seperti wilayah yang terdampak abu vulkanik.

"Pertama, terjadi iritasi pada hidung dan membuat hidung meler, lalu sakit tenggorokan disertai batuk kering dan sesak napas atau mengi dengan dahak berlebihan," jelasnya.

Untuk pencegahannya, Erlang menyarankan untuk menutup jendala, pintu dan meminimalkan penggunaan pemanas atau pendingin udara. Tujuannya agar mengurangi abu masuk ke dalam rumah.

Lalu, menggunakan masker tipe N-95 dan kacamata ketika di luar ruangan atau saat membersihkan abu. Namun, apabila tidak ada masker jenis N-95, masker biasa diperbolehkan.

Percikan air sebelum membersihkan abu juga sangat penting agar abu tidak menyebar saat ke udara saat dibersihkan. Selain itu, gunakanlah pelindung tubuh agar abu tidak menempal langsung di kulit.

Sebisa mungkin hindari mengemudi kendaraan dan hindari minum air yang sudah terkontaminasi abu.

"Perhatikan peringatan, dan patuhi instruksi dari otoritas lokal, misalanya dari dinas kesehatan setempat, pejabat akan menginformasikan kepada masyarakat kapan waktu yang aman untuk pergi luar, mengemudi, pengguna air minum. Apabila ada masalah kesehatan, segera mencari bantuan medis terdekat," katanya.

Selain itu, bagi orang yang sudah mengidap asma atau bronkhitis, dan penyakit paru obsturik kronik, harap berhati-hati karena kondisi udara pasca erupsi biasaya menyebabkan kesulitan untuk bernapas.

Baca Juga: Letusan Freatik Merapi Dilihat dari Luar Angkasa, Inilah Rupanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com