Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagi Milenial, Kesepian Picu Masalah Kesehatan Mental

Kompas.com - 17/05/2018, 06:02 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sementara 23-31persen dari peserta mengatakan mereka mengalami perasaan ditinggalkan, sendirian, terisolasi atau kurang memiliki persahabatan dalama kurun waktu tertentu.

Hasil ini didapat tanpa memandang gender atau status sosial ekonomi.

Setelah dianalisis kembali, dengan mempertimbangkan gender serta status sosial ekonomi, peneliti menemukan peningkatakan skala kesepian akan membuat dorongan dua kali lipat terjadinya depresi, kecemasan atau bunuh diri serta mendorong kemungkinan terjadinya peningkatan pengangguran.

Baca juga: Media Sosial Justru Memperparah Kesepian

Di antara temuan itu, kesepian juga terkait dengan merokok, individu yang kurang aktif secara fisik, penggunaan teknologi digital secara kompulsif, memiliki kualifikasi rendah dan cenderung kurang terbuka terhadap orang lain mengenai masalah mereka.

Meski mendapat temuan yang menarik, tim peneliti mengakui ada beberapa keterbatasan.

Di antaranya, semua partisipan memiliki setidaknya lebih dari satu saudara kandung, dan kesepian itu hanya diukur sekali pada saat anak berusia 18 tahun.

Dalam temuan ini, peneliti membuktikan bahwa kontak antar-individu mungkin tidak cukup untuk menghalau kesepian.

Untuk itu, pendekatan lain juga perlu dilakukan seperti mengatasi perundungan, isolasi, dan kesehatan mental pada anak-anak, karena faktor ini rupanya juga terkait dengan kesepian.

Penelitian ini tetap mendapatkan apresiasi dari kalangan peneliti lain. Salah satunya Anne Rogers, profesor implementasi sistem kesehatan di University of Southampton, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Rogers mengatakan, penelitian memunculkan pertanyaan tentang apakah anak-anak kesepian terus menjadi orang dewasa yang kesepian. 

Pertanyaan ini muncul untuk mempertimbangkan bagaimana kesepian (pada orang dewasa) terjadi. 

"Itu mengapa penting untuk mengembangkan cara bagaimana orang-orang bisa saling terhubung satu sama lain. Hal ini akan membuat perbedaan," kata Rogers.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau