Selain itu, saat seseorang telah menjadi keluarga maka akan lebih mudan membangun kepercayaan dibanding dengan orang lain.
Dengan kondisi para teroris yang dalam pengawasan aparat, gerak-gerik mereka dibatasi. Sebab itu, mereka harus berhati-hati saat ingin menambah anggota. Maka dari itu, pilihan yang tidak terlalu berisiko adalah memanfaatkan kekeluargaan atau melalui pernikahan.
Mengapa anak-anak dilibatkan menjadi teroris?
Kejadian serupa juga tak hanya terjadi kali ini. Otak pelaku bom Paris, Abdel Abaoud juga mengajak adiknya Younes Abaaoud yang masih berusia 12 tahun saat itu untuk berangkat ke Suriah bergabung dengan ISIS.
Ia juga melibatkan sepupu perempuannya yang berusia belasan tahun, Hasna, untuk menjaga apartemennya di Saint Denis, Paris.
Sejak 2013 hingga 2016, jamak diketahui para ekstremis dari seluruh dunia termasuk Indonesia berangkat ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan ISIS. Mereka membawa keluarga, saudara, termasuk anak-anak di bawah umur dan remaja.
"Tentu saja anak-anak dan remaja dikatakan menjadi ekstemis ikut-ikutan karena faktor orangtua mereka. Namun dalam konteks teroris sebagai sebuah kelompok, mereka adalah bagian dari keluarga teroris," jelas Suratno.
Baca juga: Semangat Mengampuni Pelaku Terorisme, Bagaimana Sains Menjelaskannya?
Hal ini juga terjadi pada pelaku bom 3 gereja di Surabaya yang merupakan keluarga. Dita dan Puji mengajak keempat anaknya ke Syiria untuk bergabung dengan ISIS.
Bisa dipahami bahwa selama di Suriah ke-4 anak itu mengalami radikalisasi (dalam level yang mungkin berbeda dengan orang dewasa). Oleh karena itu, ketika kembali ke Indonesia dan Dita sekeluarga merencanakan pengeboman, Dita bisa dengan mudah melibatkan dan memanfaatkan istri serta keempat anaknya untuk terlibat.
(Catatan redaksi: Berdasarkan informasi yang diterima KOMPAS.com dari Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, pihaknya mengklarifikasi bahwa keluarga Dita Oepriyanto tidak pernah ke Suriah namun terkait dengan keluarga lain yang baru saja dideportasi dari Turki).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.