KOMPAS.com - Rusia akan segera meluncurkan pembangkit listrik tenaga nuklir. Uniknya, Pembangkit listrik ini terapung sehingga disebut "Titanic Nuklir".
Tujuannya pembuatan pembangkit listrik apung ini adalah memberikan aliran listrik ke daerah-daerah terpencil di bagian utara dan timur jauh Rusia.
Dengan cara ini, negara tersebut akan memangkas biaya secara signifikan untuk mengaliri listrik setiap wilayah. Itu karena mereka hanya perlu memindahkan kapal ke tempat yang diperlukan, bukannya memindahkan mesin lewat jalur darat.
Jika sesuai rencana, pembangkit listrik berjuluk Akademik Lomonosov ini akan menjadi aset besar bagi Rusia.
Baca juga: Berkekuatan Super, Tanaman Australia Bisa Bersihkan Kontaminasi Nuklir
Sayangnya, tak banyak orang yang menyukai ide ini. Banyak orang khawatir ketika menempatkan reaktir nuklir yang kuat di kapal.
Para ahli lingkungan dan pakar nuklir khawator jika terjadi bencana alam. Jika bencana alam di wilayah yang dilalui kapal ini tentu akan menjadi bencana lingkungan yang parah.
Meski menimbulkan sejumlah kekhawatiran, rencana ini terus dilakukan. Tapi, demi keamanan, reaktor nuklir yang seharusnya dimuat di galangan kapal St Petersburg itu dipindahkan.
Akhirnya, pengujiannya akan dilakukan di Artik.
"Untuk menguji reaktir nuklir di daerah padat penduduk seperti pusat St Petersburg adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab,: ungkap Jan Haverkamp, ahli nuklir Greenpeace dikutip dari odditycentral.com, Selasa (01/05/2018).
"Namun, memindahkan pengujian 'Titanic Nuklir' ini dari mata publik tidak serta merta mengurangi tanggung jawabnya," imbuhnya.
Haverkamp juga khawatir terhadap cuaca ekstrem. Dia menjelaskan bahwa kapal ini bisa menjadi Chernobyl lain yang menyebabkan kerusakan besar pada lingkungan Artik.
Kasus Chernobyl adalah pelajaran berharga bagaimana pembangkit listrik tenaga nuklir di Rusia meledak pada 1986.
"Pembangkit listrik tenaga nuklir terapung biasanya akan digunakan di dekat garis pantai dan perairan dangkal," kata Haverkamp.
"Bertentangan dengan klaim mengenai keselamatan, lambung kapal yang datar dan pembangkit listrik nuklir terapung ini akan sangat rentan terhadap tsunami dan badai," imbuhnya.
Baca juga: Mengapa Padi Mutasi Nuklir Sulsel Disebut yang Terbaik?
Menjawab kekhawatiran ini, perusahaan pembuatnya, Rosatom mengklaim bahwa Akademik Lomonosov hampir tahan terhadap tsunami dan bencana alam lainnya.
Mereka menyebut, semua tindakan keamanan telah diambil untuk mencegah bencana nuklir.
"Lomonosov dirancang dengan tingkat keamanan yang sangat besar yang melebihi semua kemungkinan ancaman dan membuat reaktor nuklir tak terkalahkan untuk tsunami dan bencana alam lainnya," kata pihak perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
"Selain itu, proses nuklir di unit daya apung memenuhi semua persyaratan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan tidak menimbulkan ancaman terhadap lingkungan," tambahnya.
Pembangkit listrik ini rencananya akan selesai pada 2019 mendatang.
Meski begitu, ini bukan pembangkit listrik tenaga nuklir terapung pertama di dunia.
Sebelumnya, sudah ada Sturgis milik Angkatan Darat AS yang dipasang di Panama sepanjang perang Vietnam. Kapal ini dilengkapi reaktor nuklir 10MW dan menyediakan listrik hingga 1976.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.