Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wimpie Pangkahila

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Rahasia Kedokteran yang Luput dari Pandangan Kita

Kompas.com - 30/04/2018, 18:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Karena uji klinis harus dan terus dilakukan, maka beberapa obat atau alat kedokteran yang ternyata tidak bermanfaat atau menimbulkan efek samping berbahaya, akhirnya harus dilarang dan ditarik dari peredaran.

Di luar obat, banyak sekali produk herbal, suplemen, dan kosmetik yang setiap tahun ditarik dari peredaran oleh BPOM.

Beberapa suplemen yang telah diteliti, ternyata mengandung bahan yang seharusnya tidak boleh ada di dalamnya karena dapat menimbulkan akibat buruk. Di Amerika Serikat pun banyak juga produk seperti ini yang kemudian ditarik dari peredaran setiap tahunnya.

Profesi dokter berbeda

Profesi dokter memang berbeda dengan pengobat lain di luar Ilmu Kedokteran atau yang biasa disebut pengobatan alternatif. Karena itu pendidikannya juga berbeda.

Bayangkan saja. Untuk menjadi dokter umum, harus menjalani perkuliahan selama 4 tahun, kemudian 2 tahun berhadapan dengan pasien, tetapi belum berhak menangani pasien.

Lalu setelah bergelar dokter mereka harus menjalankan praktik di bawah pengawasan selama 1 tahun (sebagai perbandingan di Malaysia selama 2 tahun).

Setelah itu baru diizinkan praktik mandiri. Kalau dokter umum akan menjadi dokter spesialis, mereka harus mengikuti Pendidikan Dokter Spesialis yang memerlukan waktu 3-5 tahun sesuai spesialisasinya.

Setiap orang yang lulus menjadi dokter pasti mengucapkan Lafal Sumpah Dokter yang berlaku secara internasional yang intinya berasal dari zaman Hipocrates dulu. 

Praktisi lain di bidang kesehatan memang berbeda. Karena itu mereka bukan dokter, walaupun masyarakat sering tidak dapat membedakan antara dokter dan bukan dokter atau dokter palsu.

Apalagi kalau yang bukan dokter ternyata bergelar Doktor pada ilmu tertentu. Singkatannya Dr, bukan? Andaikata melakukan praktik yang menyangkut kedokteran, saya yakin akan banyak orang menganggap dia dokter.

Anehnya, walaupun pendidikan dokter memerlukan waktu lama, peminat untuk menjadi dokter terus berjubel. Lihat saja betapa banyak peminat yang mendaftar di Fakultas Kedokteran setiap tahunnya, melebihi peminat bidang studi yang lain.

Barangkali banyak orang yang ingin menjadi dokter karena dapat berbuat bagi sesama dan atas nama kemanusiaan.

Dokter dan efek plasebo

Apakah ada dokter yang ternyata tidak profesional? Jawabannya “pasti ada”. Dokter yang tidak profesional adalah dokter yang dalam prakteknya tidak EBM, tidak berbasis bukti ilmiah.

Testimoni, oleh banyak orang dianggap sebagai bukti bahwa orang itu telah sembuh dari penyakitnya. Padahal testimoni bukanlah bukti ilmiah yang obyektif.

Ketika seseorang menyatakan “lebih segar” itu sebenarnya pengakuan yang subyektif. Boleh jadi perasaan “lebih segar” hanyalah efek plasebo, padahal penyakitnya masih ada.

Saya yakin masih banyak orang, apa pun jabatannya, yang belum mengetahui apa yang disebut efek plasebo.

Efek plasebo adalah efek yang dirasakan positif setelah mendapat perlakuan yang dianggap sebagai obat atau cara yang dapat menyembuhkan suatu keluhan atau penyakit, padahal sebenarnya tidak berkhasiat.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com