Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bolehkah Membersihkan Telinga dengan Korek Kuping? Ini Kata Ahli

Kompas.com - 26/04/2018, 18:36 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pernahkah Anda membersihkan telinga Anda? Jika ya, apa yang Anda gunakan untuk melakukan hal tersebut?

Mungkin Anda seperti kebanyakan orang yang menggunakan cotton budsAlasan penggunaan benda ini adalah rasa lega ketika bida mengeluarkan kotoran dengan benda tersebut.

Namun, tahukah Anda menggorek kuping dengan cotton buds bisa jadi berbahaya? Ya, secara medis mengorek kuping pakai cotton buds tidak diperbolehkan.

Ini disampaikan oleh dokter spesialis Telinga Hidung Tengorokan (THT) Rumah Sakit Moewardi, S.Hendradewi, ketika ditemui seusai konferensi pers produk Sterimar bertajuk Bernapas Lebih Sehat sekaligus peluncuran kampanye #cucihidungsetiaphari, di Jakarta, Kamis (26/4/2018).

Baca juga: Ketahui Efek Negatif Menggunakan Korek Kuping

“Kotoran telinga tidak boleh dibersihkan pakai cotton buds, bahkan pakai obat tetes telinga pun sebenarnya juga harus hati-hati,” ujarnya kepada Kompas.com.

Menurutnya, kotoran telinga kelihatannya memang ditarik keluar oleh cotton buds. Namun ternyata, itu hanya bagian kecilnya.

Sedangkan, sebagian besar kotoran justru terdorong masuk ke bagian dalam saluran telinga.

Ujung kapas dari cotton buds juga bisa melukai gendang telinga. Inilah yang membahayakan, kata Hendradewi.

“Gendang telinga bisa pecah kalau begitu,” tegasnya.

Untuk diketahui, gendang telinga merupakan bagian yang tersusun dari tulang rawan. Sehingga, bagian ini mudah berlubang dan pecah jika bergesekan dengan benda dari luar atau suara yang terlalu kencang.

Jika sudah demikian, fungsi pendengaran bisa terganggu. Selain itu, telinga akan terus mengeluarkan air atau yang sering disebut congekan.

Maka, daripada harus merelakan pendengaran berkurang, Hendradewi menyarankan masyarakat tidak memasukkan apapun ke telinga. Entah itu korek kuping berulir dari besi, cotton buds, atau bahkan tetes telinga.

“Satu-satunya cara untuk membersihkan telinga yang aman dan dianjurkan yakni rutin ke dokter THT maksimal enam bulan sekali,” pesannya.

Dokter akan mengencerkan terlebih dahulu kotoran yang mengeras di telinga, termasuk kotoran yang tertinggal akibat terdorong cotton buds. Barulah dua atau tiga hari kemudian disedot menggunakan alat.

Baca juga: Hati-hati, Ini Bahaya Bersihkan Telinga Pakai Korek Kuping

Pelindung Telinga

Hendradewi juga menambahkan, masyarakat tidak perlu khawatir terjadi penumpukan kotoran di telinga dalam rentang waktu kontrol ke THT.

Pasalnya, kotoran telinga adalah semacam keringat yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea di kuping.

“Sehingga kotoran telinga bisa menguap dan hilang dengan sendirinya bila kena panas matahari,” ujarnya.

Selain mengancam gendang telinga, keseringan korek kuping justru malah menghilangkan manfaat kotoran telinga itu sendiri. Kotoran telinga memang punya fungsi khusus, yaitu sebagai pelumas dan proteksi telinga bagian dalam.

“Fungsinya untuk menahan debu atau apapun yang masuk lewat lubang telinga. Supaya tidak langsung ke dalam gendang telinga,” jelasnya.

Lantas, bagi beberapa orang kotoran telinga memang akan hilang dengan sendirinya saat mandi ataupun kena paparan sinar matahari.

Namun bagi orang tertentu dengan produksi kotoran berlebih, itu dirasa cukup mengganggu. Seperti membuat pusing dan pendengaran mulai terganggu karena lubang telinga tertutup kotoran.

“Biasanya penumpukan kotoran baru terjadi setelah lebih dari enam bulan. Itulah kenapa harus rutin kontrol tiap empat atau enam bulan sekali,” ujarnya.

Kemudian dia berpesan supaya masyarakat tidak melupakan daun telinga bagian luar. Tetap dibersihkan dengan cara dibilas dan digosok saat mandi.

Baca juga: Alasan Inggris Raya Akan Larang Sedotan Plastik dan Korek Kuping

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com