"Kami menemukan bahwa belati tulang manusia secara mekanis lebih kuat dari belati tulang kasuari," imbuhnya.
Meski belati dari tulang manusia dan burung sifat fisiknya sama, namun belati dari tulang manusia lebih tahan terhadap tekanan yang lebih besar.
Namun, antropolog juga menemukan keanehan. Peneliti menduga orang Papuan Niugini sengaja membuat belati dari tulang kasuari lebih lemah.
"Kami berspekulasi bentuk belati yang datar lebih nyaman saat dipasang di lengan mereka. Kemungkinan lain mungkin lebih sedikit terjadi gesekan saat menancapkan belati ke tubuh korban. Kami menduga, tujuan mereka membuat belati dari tulang ini lebih kepada gengsi sosial. Misalnya, belati tulang manusia yang lebih membanggakan karena langka dan didapat dari tulang milih ayah," kata Dominy.
Dengan kata lain, belati ini tidak dirancang untuk membunuh, namun untuk pertahanan.
Baca juga : Senjata Laser Pertama di Dunia Siap Beraksi, Apa Keunggulannya?
"Dalam ilmu antropologi, ada perdebatan panjang yang membahas mengapa manusia menghias benda kesayangan seperti pakaian, pot, dan sebagainya. Salah satu alasanya, dekorasi yang unik akan meningkatkan gengsi dalam kelompok," jelas Dominy.
Dalam kasus ini, obyek yang digunakan untuk membunuh orang pun diakomodasikan ke teori tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.