Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Ahli Kembangkan Perawatan Radioterapi Baru untuk Kanker Prostat

Kompas.com - 25/04/2018, 12:30 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Setelah lima tahun, para peneliti mendapati sekitar 83,8 persen pasien yang diobati dengan radioterapi standar tidak memiliki tanda-tanda kanker mereka kambuh. Tapi, pasien yang menjalani radioterapi ultrahypofractionated memiliki persentase tidak kambuh sebesar 83,7 persen.

Memang persentase ultrahypofractionated lebih buruk, tapi efek samping jangka panjangnya ternyata sama dengan pasien yang menjalani radioterapi terapi standar.

"Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sangat mungkin untuk meningkatkan dosis obat pada pasien selama empat hingga lima minggu bahkan lebih. Sekarang temuan kami menunjukkan bahwa kami bisa memadatkan terapi lebih lanjut dan menaikkan dosis obat pada setiap kunjungan ke dokter rumah sakit, sehingga bisa dilakukan hanya dalam jangka waktu dua setengah minggu," katanya.

Widmark berkata, percobaan ini adalah yang pertama kali dilakukan terhadap pasien dengan jumlah yang banyak. Tapi hasilnya menunjukkan bahwa radioterapi ultrahypofractionated sama efektifnya dengan radioterapi standar untuk menghentikan kanker prostat kambuh lagi.

"(Namun) yang terpenting dari penelitian ini  adalah  pasien yang dirawat dengan cara terbaru tidak menderita lagi efek samping dibanding dengan mereka yang diobati dengan radioterapi konvensional," tambahnya.

Baca Juga: Peneliti Kembangkan Tes Deteksi Kanker Prostat Terbaru

Profesor Yolande Lievens, Presiden ESTRO dan kepala departemen onkologi radiasi di Ghent University Hospital, Belgia mengungkapkan apresiasinya pada temuan ini. Lievens berkata, dengan kemajuan radioterapi para ahli mampu menemukan dan menargetkan tumor serta meminimalkan kerusakan jaringan organ di sekitarnya.

"Pada kanker prostat, kaum lelaki dapat mempertahankan fungsi kadung kemih dan seksual. Bagi kami ini berarti bisa mempertimbangkan memberikan dosis lebih tinggi dalam waktu singkat, seperti dalam penelitian ini," kata Lievens. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com