Analisis tersebut menghasilkan hidrogen sulfida memang benar-benar ada.
"Di sini kami menyajikan bukti deteksi yang jelas dari gas H2S di atas dek awan ini di wilayah panjang gelombang 1,57 sampai 1,59 μm dengan fraksi mol 0,4-0,8 ppm di bagian atas awan," tulis para peneliti dalam laporannya di jurnal Nature Astronomy dikutip dari Slash Gear, Senin (23/04/2018).
"Deteksi gas H2S pada tingkat tekanan ini menambah bukti bahwa konstituen utama dari 1,2 sampai 3 bar awan kemungkinan adalah es H2S," imbuhnya.
Hal ini yang membedakan Uranus dari planet-planet gas dalam Tata Surya seperti Jupiter dan Saturnus. Kedua planet yang disebut terakhir diketahui memiliki banyak amonia di atmosfer mereka, tapi tidak punya hidrogen sulfida.
Temuan ini juga disebut bisa memberi petunjuk tentang Neptunus. Itu karena secara komposisi, Neptunus mirip dengan Uranus.
Pada gilirannya, temuan ini juga mungkin bisa memberi tahu kita tentang bagaimana Tata Surya terbentuk.
"Selama pembentukan Tata Surya, keseimbangan antara nitrogen dan sulfur (juga amonia dan hidrogen sulfida yang baru terdeteksi di Uranus) ditentukan oleh suhu dan likasi pembentukan planet," ungkap Leigh Fletcher, ilmuwan planet dari University of Leicester.
Baca juga: Terungkap, Ini Sebab Planet Pluto Menjadi Lebih Adem
Ini bisa berarti bahwa gas raksasa gas Saturnus dan Jupiter terbentuk terpisah dari planet es Uranus dan Neptunus. Keempat planet tersebut juga mungkin terbentuk terpisah dari planet batuan seperti Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.
Namun, untuk analisis lebih rinci, alat pemeriksa antariksa perlu dikirim untuk mempelajari Uranus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.