Pada tikus, hormon tersebut dikaitkan dengan ukuran limpa. Beberapa tikus yang dimanipulasi agar punya hormon ini lebih sedikit menunjukkan ukuran limpa yang lebih kecil.
"PDE10A dikenal untuk mengatur hormon tiroid yang mengontrol ukura limpa, memberikan dukungan untuk gagasan bahwa suku Bajo mungkin mengembangkan ukuran limpa yang diperlukan untuk bertahan pada penyelaman yang panjang dan sering dilakukan," tulis para peneliti dalam laporan di jurnal Cell.
Bidang Medis
Llardo optimis bahwa penelitiannya punya implikasi dalam bidang medis atau kedokteran.
Respons menyelam mirip dengan kondisi medis yang disebut dengan hipoksia akut, di mana manusia mengalami kehilangan oksigen dengan cepat. Kondisi ini sering kali menjadi penyebab kematian di ruang gawat darurat.
Memahami bagaimana tubuh bereaksi terhadap kehilangan oksigen bisa menjadi jalan untuk lebih baik mencari penanganan terbaik.
Dengan kata lain, mempelajari suku Bajo secara efektif bisa menjadi laboratorium baru untuk memahami hipoksia.
"Ini benar-benar memberi tahu kita betapa berharga dan penting penduduk pribumi yang hidup dengan gaya hidup ekstrem di seluruh dunia," ungkap Eske Willerslev, co-author dalam penelitian ini.
Pendapat ini juga diamini oleh Llardo.
"Suku Bajo dan pengembara laut lain sangat luar biasa dan saya ingin bisa membuktikan hal itu pada dunia," katanya.
Baca juga: Yang Harus Diperhatikan Ketika Menyelam
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.