KOMPAS.com - Kebutuhan akan vitamin D penting untuk anak-anak hingga orang dewasa. Salah satu manfaatnya adalah menjaga kesehatan tulang dan mengurangi beberapa penyakit serius seperti jantung, stroke, diabetes, dan sebagainya.
Meski memiliki banyak manfaat, suplemen vitamin D tidak bisa dikonsumsi sembarangan dalam jumlah berlebih.
Temuan baru ilmuwan Denmark yang dipresentasikan dalam acara American Association for Cancer Research di Chicago, Senin (16/4/2018), menemukan bahwa kadar vitamin D yang tinggi dalam darah justru memicu beberapa kanker.
Beberapa jenis kanker yang berhubungan dengan kadar vitamin D yang tinggi antara lain kanker kulit, prostat, dan darah. Namun ia juga menemukan kadar vitamin D yang tinggi dapat menurunkan risiko kanker paru-paru.
Baca juga : Menurut Studi Baru, Vitamin D Baik untuk Pasien Luka Bakar
Dr. Fie Juhl Vojdeman, dari Departemen Biokimia Klinis di Bispebjerg Frederiksberg Hospital, Kopenhagen, Denmark mencoba melihat sisi lain dari efek vitamin D saat dikonsumsi dalam dosis tinggi.
Hal ini dilandasi fakta bahwa sejauh ini lebih banyak temuan yang membahas efek vitamin D saat dikonsumsi dalam kadar rendah atau normal saja.
"Mungkin selama ini orang mengira bahwa suplemen vitamin D dapat dikonsumsi dalam jumlah banyak tanpa khawatir. Namun, ilmuwan sebenarnya tidak tahu apakah ada efek jangka panjang bila dikonsumsi dalam dosis tinggi," ujar Vojdeman kepada Live Science yang diberitakan Kamis (19/4/2018).
Vijdeman dan timnya menganalisis lebih dari 200.000 data warga Denmark, yang mencatat konsumsi vitamin D sejak April 2004 sampai Januari 2010. Sebelum periode tersebut, tidak ada satu pun responden yang didiagnosis menderita kanker.
Secara khusus, tim mengamati tingkat 25OH vitamin D atau 25-hydroxyvitamin D, suatu metabolit vitamin yang digunakan untuk mengukur kadar vitamin dalam tubuh.
Menurut National Institutes of Health's Office of Dietery Supplements, pengukuran vitamin D rata-rata sekitar 50 nanomol per liter (nmol/L). Tingkat normal antara 50 sampai 125 nmol/L (20-50 nanogram/mililiter).
Selama masa penelitian, sekitar 18.000 orang didiagnosis menderita kanker.
Tim menemukan, setiap peningkatan 10 nmol/L vitamin D dalam darah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kulit non-melanoma (NMSC) sebesar 9 persen, risiko kanker kulit melanoma meningkat sebesar 10 persen, risiko kanker prostat meningkat 5 persen, dan risiko kanker darah meningkat 3 persen.
Namun, saat kadar vitamin D dalam darah meningkat 10 nmol/L dikaitkan dengan penurunan risiko kanker paru-paru sebesar 5 persen.
Baca juga : Kanker Serviks Tak Selalu akibat Seks Bebas, Hapus Stigma Itu
Vojdeman memberi catatan, penelitiannya tidak dirancang untuk memeriksa mekanisme di balik hubungan ini.
Hipotesis sementaranya, kanker kulit karena kadar vitamin D yang tinggi dalam darah kemungkinan berkaitan dengan paparan sinar matahari. Vitamin D juga diproduksi oleh paparan sinar matahari, saat terlalu banyak terkena paparan matahari bisa jadi justru menyebabkan kanker kulit.
"Beberapa penelitian menemukan bahwa metabolit aktif vitamin D yang disebut calcitriol, memiliki efek penekanan kekebalan yang terlihat dalam beberapa jenis kanker," katanya.
Sebaliknya dalam penelitian laboratorium, calcitriol terbukti dapat melawan efek merokok pada jenis sel paru-paru. Ini mungkin yang dapat menjelaskan kaitannya dengan penurunan risiko kanker paru.
Vojdeman menegaskan masih diperlukan penelitian lebih lanjut yang dapat menjelaskan lebih rinci terkait hubungan sebab akibat antara keduanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.